
Prof. Dr. Jaih Mubarok : Teruslah Belajar Dan Meningkatkan Kompetensi
Divisi HRD Yayasan Husnul Khotimah menyelenggarakan Jalsah At taakhi yang diikuti seluruh civitas yayasan Husnul Khotimah Kuningan. Bertempat di gedung STISHK pada hari ahad, (12/02/2023). Kegiatan Jalsah taakhi adalah kegiatan rutin bulanan bagi civitas Husnul Khotimah dalam rangka memupuk ukhuwwah dan penyampaian informasi kepegawaian.
Dalam jalsah kali ini HRD mengundang Prof. Dr. H. Jaih Mubarok (Guru besai hukum Islam UIN Bandung) untuk menyampaikan taujih bagi para pegawai Husnul Khoitmah. Di awal Taujihnya Prof. Dr. Jaih Mubarok, S.E.,M.H.,M.Ag menyampaikan tentang Maqosidusy Syari’ah. Dimana ada 5 tujuan dari pelaksanaan syari’ah, diantaranya menjaga agama, akal, jiwa , keluarga, dan harta.
“Ada lima tujuan syariah yang hendak kita capai yang pertama adalah hifzdudiin menjaga agama ini, kita dilarang murtad gitu sederhananya. yang kedua hifdzul aql kita harus menjaga akal, kita dilarang mabuk gitu aja simpelnya. Terus hifdzun nafsi menjaga jiwa, kita dilarang bunuh diri dan membunuh sesuatu yang tanpa hak. Terus ada hifdzun nasal kita dianjurkan nikah dan diharamkan zina. Dan ada hifzul mal yaitu kita harus bertransaksi sesuai syariah dan meninggalkan yang dilarang” ujarnya.
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa tujuan tertinggi dalam hidup adalah kebahagiaan yang dapat dicapai dengan memenuhi harapan dan tujuan. “Tujuan kita yang tertinggi adalah assa’adah bahagia, dalam bahasa Ilmu manajemen, bahagia itu diantara tandanya adalah puas. Nah puas itu secara teori adalah ketika kita punya harapan kemudian Harapan itu tercapai semakin besar titik temu antara harapan dengan ketercapaian orang akan semakin puas,” katanya.
Ada tiga hal yang membuat bahagia adalah tidak mengandalkan hidup dengan berangan-angan, tidak iri dengan rizki orang, dan berzakat ketika sudah mendapatkan sesuatu. Lebih lanjut Prof. jaih mengajak civitas husnul khoitmah untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi. Untuk itu diperlukan integritas/akhlaqul karimah, tekun dalam bidang keahlian, dan mengamalkan ilmu yang dimiliki.
“Ketika kita berbicara kemajuan lembaga, suka tidak suka bapak-bapak harus meningkatkan kualitas diri, kompeten. Kompetensi itu apa isinya? kalau bapak dianggap kompeten itu isinya satu integritas yaitu Al Akhlak al-karimah dan keduaa adalah konsep sampai praktik terus ditekuni hingga sukses pada bisang keahlian dan ketiga adalah mengamalkan ilmu yang kita tahu,” tegasnya.
Mengakhiri taujihnya, beliau mengajak para pengajar untuk mengamalkan amalan para kiyai yang sudah menjadi ciri pesantren yaitu do’a untuk para santrinya. “Yakinlah kepada Allah bahwa doa kita itu pasti Mustajab, pasti dijabah oleh Allah ya. Jadi bukan sekedar mengajar secara formal di kela,s bukan sekedar mengajar dalam bentuk perilaku, tapi kita doakan santri-santri kita supaya menjadi orang-orang yang ilmunya bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat” pungkasnya.