Rahasia Sukses Bisnis Ala Pengusaha Fried Chicken

Rahasia Sukses Bisnis Ala Pengusaha Fried Chicken

Wawancara dengan H. Tatang Suharta, Pengusaha Hisana Fried Chicken

Dari satu gerobak Hisana Fried Chicken menjadi Ribuan cabang di seluruh wilayah Indonesia. Sukses bisnis ayam olahan, H. Tatang Suharta merambah ke bisnis perkebunan dan wisata. 

Sebuah kehormatan dan keberuntungan bagi majalah Husnul Khotimah mendapat kesempatan langsung wawancara dengan H. Tatang. Pasalnya Ia tidak terlalu suka publikasi media masa, Namun disela kesibukannya yang sangat padat, ia menyempatkan waktu berbincang dengan majalah Husnul Khotimah. 

Kami diajak berkeliling kebun seluas kurang lebih 30 Ha sambil sesekali memetik jambu air. Sejauh mata memandang, subhanallah hamparan kebun yang tertata rapih dengan berbagai cluster, ada durian dengan berbagai jenisnya seperti monthong, petruk, bawor, musangking dan lainnya.  Ada Jambu air dengan berbagai jenisnya seperti citra, bol, mawar dan lainnya. Dan juga tanaman yang lagi trend, jambu kristal atau jamkis. 

Bagaimana rahasia dan tips membangun bisnisnya, yu simak wawancara eklusif wartawan majalah Husnul Khotimah, Afriadi, Iyan Mulyana dan Fotografer Tedi Rachman dengan pengusaha sukses asli Kuningan ini. 

Pak Haji, bagaimana tips memulai usaha bagi pemula? 

Bagi para pemula yang ingin memulai usaha, tips-tips dari saya, khususnya di bidang kuliner

Pertama, kita  pilih produk yang sudah terbukti laku di pasaran, yang umum, seperti bakso, kemudian bubur, fried chicken, itu sudah puluhan tahun. Ambil bidang itu, dan kita ambil diferensiasinya, pembedanya dengan kompetitor kita walaupun sama-sama fried chicken, tapi bagaimana kita berbeda dengan mereka. Seperti di Hisana, dulu waktu lahirnya, kompetitor tidak pake merk, gerobakan aja, nah Hisana sudah pake digital printing, ada merk, ada seragam, pagi sudah buka. Waktu itu fried chicken rata-rata sore bukanya, nah saya pagi-pagi sudah buka, itukan pembeda.

Jangan sampai memilih produk yang belum teruji dipasar, kalau saya sih memilih produk yang sudah teruji di pasar, tapi cari pembedanya. Contohnya ya tadi, yang lain jualannya mulai sore, kami mulai buka pagi. Ketika yang lain belum punya merk, kami sudah punya merk. Ketika yang lain karyawannya tidak pakai seragam, karyawan kami pakai seragam.

Dalam menciptakan produk, Pak Haji dapat inspirasi dari mana? 

Tentulah, semua bisnis juga terinspirasi dari orang lain, jadi ada teori ATM, amati tiru modifikasi.

Kedua, fokus. Tidak boleh bisnis itu di awal-awal dipasrahin ke orang, ini penting banget ini, ga boleh di awal-awal bisnis nyuruh orang yang menjalankan atau kepercayaan. Saya punya pengalaman, saya dulu buka pelatihan fried chicken ada 50 orang pesertanya, saya ajari dari a sampai z, dari 50 orang itu, hanya 1 yang berhasil, kenapa dia berhasil, karena dia fokus, dia ikut terlibat, memulai dari nol, dia sendiri, sementara yang 49 nya lah kurang lebih gagal semua, saya perhatikan, dia nyuruh keluarganya, nyuruh kepercayaannya, dia masih bekerja di yang lain, dia ngajarin ke temanya, padahal dia sendiri belum ahli banget, akhirnya semuanya gagal, kecuali 1 orang itu, dan tetap eksis sampai sekarang. 

Jadi (bisnis) jangan dijadikan sampingan ya? 

Ya betul, kalau mulai pertama itu harus seperti itu, saya  di Hisana Direktur Utama, nyaman pakai AC, tapi disini (di Desa Geresik,Ciawi), saya harus nyangkul, harus papanasan, karena ini awal bisnis saya di bidang perkebunan ini, jadi harus benar-benar totalitas. Ga boleh kalau bisnis itu sambilan, 99% banyak yang gagal, jadi seperti buang uang, contohnya orang-orang pensiun, punya pesangon, coba-coba bisnis, nyuruh orang, dianya belum hafal di bidang itu. Kalau kita sudah tua gagal bisnis, gagal-gagal yang lain akan mengikuti, gagal jantung, gagal ginjal, karena fisiknya sudah tidak kuat. 

Beda dengan anak muda ya, justru harus cari kegagalan, kegagalan habisin tuh, karena orang itu pasti gagal, ga bakalan orang itu sukses terus, akan banyak gagalnya baru sukses, makanya stok gagal bagi anak muda, habisin dari awal, jangan nanti gagalnya terakhir, 

Pak Haji mulai  minat bisnis kuliner, di usia berapa? 

Saya justru agak terlambat, saya mulai usaha di usia 33 tahun. Sebelumnya saya pernah menjadi sales, sales kompor, kartu kredit, kerja juga di ritel, nah qodarullah, waktu kerja itu, saya ingin bisnis, tapi mau keluar takut. Akhirnya kena PHK masal, perusahaannya bangkrut, jadi terpaksa harus keluar, wah itu agak gelap dah, sudah keluar, pesangonya ga dapat, karena pailit. 

Baru pesangon dapat 13 tahun kemudian, setelah saya nyaris ga butuh uanglah, ternyata itu ada hikmah didalamnya, kenapa, saya ga dapat pesangon saat itu, saya harus tinggal di kampung, saya merasakan bagaimana tidak punya uang, Ketika kita seperti ini, kita merasakan betul ada yang ngasih, seliter dua liter beras, betapa berharganya, sekarang saya juga merasakan, bagi kita mungkin tidak begitu berarti, tapi bagi mereka, nah itu mungkin salah satu hikmahnya  

Ketiga, harus sabar, bisnis ini jangan emosi, ingin cepat besar, ingin cepat kaya, ingin cepat terkenal, cepet untung, ini adalah” jebakan batman”, yang semua banyak korban di sini. Ketika usaha baru aja bagus, sudah cicil mobil, sudah cicil ini itu, wah akhirnya kita bisnis harusnya fokus pada perusahaan, akhirnya malah mikirin hutang, jadi ga fokus. 

Jangan juga ingin cepat besar, baru aja memulai, pingin beberapa cabang, buka lagi, buka lagi, itu juga jebakan, saya melihat teman-teman bisnis fried chicken banyak yang tiba-tiba sehari bisa buka 50 cabang, masuk rekor MURI, saya bilang ke teman-teman, itu sudah pasti bangkrut, tidak akan lama, karena ada emosi, ingin cepet besar. 

Istilahnya syahwat (ingin cepat berkembang) ya,?

Ya itu, jadi harus dihindari, saya sudah meyakini, kalau dia cepat buka cabang disana sini, sudah pasti bangkrut. Jadi kita harus ikut filosofi akar pohon, jadi kalau mau cabang banyak, akarnya juga harus banyak dulu. Akarnya ibarat manajemen, ada penambahan personil, ada professional, baru kita buka cabang, jadi kalau di pohon itu, tajuk daun sama ujung akar itu akan sama, jadi pemupukan di ujung daun itu, karena akarnya sama, itu yang kita ambil hikmah, kalau kita hanya buka cabang-buka cabang sementara akarnya atau manajemennya kurang kokoh, tumbang, seperti tiang listrik nih, kalau dicabut mudah, coba kalau pohon kelapa diangkat, ga bakalan bisa, karena mengakar dimana-mana. 

Keempat, Kalau bisnis ingin langgeng kita tidak boleh merugikan orang, tidak boleh ada yang terzhalimi, baik itu supplier, karyawan dan semua yang terlibat dalam perusahaan ini, ga boleh ada yang terzhalimi atau terugikan. Pernah dengar C**, itu saya dari awal juga sudah prediksi, ini suatu saat akan tutup karena sistemnya menzhalimi yang terakhir itu. 

Saya dulu Hisana waktu merintis, saya sampai nitip pembayaran ke supir cash, jadi jangan sampai ada yang dihutangi, tapi karena system, mereka juga ada akunting, ada penagihan akhirnya tetap aja ada SOP, di awal-awal ga mau punya hutang dengan supplier, karena kalau kita menyusahkan di hulunya (supplier) maka di hilirnya juga akan susah, 

Gedung kantor saya itu namanya Mir’raj 5560, itu terinspirasi dari surat Ar Rahman ayat 60, tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan. Ketika kita menguntungkan karyawan  otomatis keuntungan kumpul ke kita, kalau kita zhalimi, otomatis karma menanti.

Bagi yang ingin memulai atau membangun usaha, khususnya para santri, alumni atau ustadz Pondok Pesantren, untuk permodalan bagaimana pak Haji?

Ini kisah nyata dan ada saksinya, mungkin diantara pengusaha yang modal dengkul dari nol, ya saya, saya punya skill jualan ayam fired chicken, saya kerja dulu di teman-teman, awalnya satu group, karena pecah, bangkrut, akhirnya masing-masing bikin merk ya, sabana, dan lain-lain. Saya tanya ke kakak, a punya uang ga? Kita buat fried chicken, ada uang 13,5  juta di tahun 2006, konsekwensinya usaha harus bagi dua, akhirnya sampai sekarang Hisana itu 50% punya kakak, 50 % punya saya, ya memang begitu sejarahnya, saya harus komit. Jadi saya benar-benar yang nol modal, jadi memang jika ada usaha tanpa modal, memang ada, dan saya merasakan benar-benar tanpa modal, benar-benar izin Allah. 

Saat itu fried chicken belum menjamur seperti sekarang? 

Belum ada, gerobakan semua, belum ada yang pake merk, jadi saya punya momentum yang tepat saat itu, kalau sekarang mulainya agak berat, karena ribuan orang kan. 

Selanjutnya setelah kita sabar, tentu kita punya kekurangan, manajemen sudah besar dan perusahaan sudah besar secara nasional, kan Hisana di setiap kota di Indonesia sudah ada, nah itu harus ada tranformasi bisnis, yang tadinya kita tradisional, coba kita rekrut orang-orang professional. Kita harus ngukur dirilah, kita bisa merintis usaha, tapi manajemen perusahaan belum tentu bisa. Orang manajemen pun belum tentu bisa memenej usaha, di situ kita saling mengisi, saling menyempurnakan. Makanya saya rekrut direktur-direktur eks perusahaan besar seperti Indofood, Unilever, mereka yang punya visi yang sama, sehingga kita terbantu dengan sistem itu, jadi harus tersistem, kalau perusahaan tanpa sistem, berarti kita kerja selamanya. Kalau kita libur, pendapatan ikut libur, ibaratnya dokter spesialis, kalau dia libur, beliau tidak bisa diwakilkan, pendapatannya juga libur, kalau dia ga punya bisnis, jadi itulah sistem, tanpa kita usaha tetap jalan, bahkan harus lebih bagus.

Dari saya memberikan waktu kepada profesional, untuk berbagi gaji, berbagi hasil, akhirnya Allah ganti juga itu, pokoknya yang 5560 itu kebaikan akan berbalas kebaikan itu, universal sifatnya, kapanpun dan agama apapun akan mendapatkan. 

Seberapa penting mentor (couch) dalam memulai usaha?

Semua bidang juga perlu mentor, akhirat kan mentornya ustadz, dunia juga ada, dengan mentor itu kita terinspirasi, mentor itu kita bisa belajar dari buku, dari youtube, bisa kita kenal langsung mentornya, itu lebih bagus, jadi kita merasa dibimbing. Kalau ada mentor jadi terarah, akan lebih ringan, ketika ada masalah, dia tidak gugup, mentor mengatakan “ooh saya dulu juga begitu, solusinya seperti ini.” 

  

 

TAGS
Share This
WHATSAPP