Sholat dan Kecerdasan Spiritual Santri

Sholat dan Kecerdasan Spiritual Santri

Shalat sebagai Kunci Surga

Shalat itu tidak hanya diawali dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam. Tetapi bagaimana sesudah shalat itu kita “shalat”, bagaimana kita mengaplikasikan makna-makna shalat itu. Al Qu’ran tidak pernah menyuruh kita “kerjakan shalat”, tetapi menyuruh kita “tegakkan shalat”. Tegak itu maknanya bagaimana shalat itu teraplikasi dalam tugas dan kegiatan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Jadi, kalau shalat sebagai tiang agama, maka kalau kita tegakkan, akan tegaklah agama dalam kehidupan kita. Kalau kita tinggalkan akan runtuh agama dalam kehidupan kita.

Shalat itu dikatakan kunci surga. Kalau kita hendak memasuki rumah, maka harus ada kuncinya. Kalau tidak ada kunci bagaimana mau masuk? Maka kalau kita mau masuk surga, kuncinya adalah shalat. Surga ini bermakna ukhrawi, di akhirat nanti akan kita temukan. Tapi tahukah kita, sebenarnya kalau kita lihat maknanya, surga itu juga bermakna kedamaian, kebahagiaan, kebaikan dan ketenteraman. Hal itu juga kita temukan setelah shalat. Artinya bahwa dengan shalat kita bisa mendapatkan surga sebelum surga yang sesungguhnya. Sebaliknya, kalau ada orang yang senang bertengkar, konflik, marah, tidak tenang, tidak tenteram, gelisah dan lain sebagainya, maka itu juga merupakan ciri-ciri neraka. Dia telah mendapatkan neraka sebelum neraka yang sesungguhnya. Dengan shalat itu kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Shalat merupakan suatu wadah interaksi antara hamba dengan Allah. Syekh Ibnu Atho’ mengatakan dalam bukunya Telaga ma’rifat (versi terjemahan), halaman 225 sebagai berikut:

 

“shalat adalah sarana bermunajat dan tempat mencurahkan kasih seorang hamba kepada Allah, serta kasih Allah terhadap hambaNya yang dapat menampung segala rahasiaNya di dalam shalat itu, dan menjadi terbit terang pula cahayaNya. Allah mengetahui adanya kelemahanmu sehingga Dia menyederhanakan bilangannya. Allah pun mengetahui kebutuhanmu terhadap anugerahNya sehingga Dia melipatgandakan pahalanya”.

 

Kedisiplinan Sholat dan Kecerdasan Spiritual Santri

Pendisiplinan ibadah shalat berjamaah di Pondok Pesantren Husnul Khotimah adalah dalam rangka membiasakan santri dalam melaksanakan perintah agama sehingga kemudian pembiasaan tersebut secara perlahan namun pasti menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi santri. Penerapan disiplin shalat berjamaah sangat positif dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial.

Santri yang terbiasa dengan shalat berjamaah di masjid berdampak langsung dan tak langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dampak langsung yang dapat dilihat dari sikap sehari-hari adalah mereka rajin beribadah kepada Allah swt, ibadah tersebut tak hanya terlihat kedisiplinan dalam melaksanakan shalat wajib secara berjamaah di masjid, tapi dikerjakannya juga shalat-shalat sunnah lainnya. Adapun dampak lain yang tak langsung adalah sikap hidup sehari-hari dalam bergaul di dalam lingkup pesantren, pada umumnya mereka memiliki perilaku yang sopan dan santun baik kepada teman sebaya dan orang-orang yang lebih dewasa.

Nilai-nilai spiritual dari disiplin shalat berjamaah santri dapat dilihat dalam ranah kehidupan sehari-hari, baik dalam hal interaksi maupun dalam menjalankah peraturan dan tata tertib lainnya. Sehingga dengan demikian, kualitas hidup para santri akan tergambar secara utuh melalui pemberlakuan disiplin shalat berjamaah. Kehadiran ustadz dan ustadzah sebagai pembimbing spiritual santri menjadi urgen guna membantu para santri melalui masa-masa transisi yang memang secara psikologis merupakan bagian dari kehidupan mereka. Dan untuk itu, maka pemberlakuan disiplin shalat berjamaah santri pada prinsipnya merupakan upaya psikologis yang sistemis dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual santri.

Sudah saatnya santri dan sivitas akademika Pondok Pesantren Husnul Khotimah menegakkan sholat berjamaah secara disiplin, sehingga kita meraih surga sebelum surga sesungguhnya. Aamiin

TAGS
Share This
WHATSAPP