
Al-Muroqobah dan Ihsan: Jalan Menuju Ihsanul ‘Amal
Oleh Imam Nur Suharno
Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat
Al-Muroqobah adalah tema yang berkaitan erat dengan hadits kedua dari Arba’in An-Nawawiyah, yaitu tentang ihsan. Ihsan bermakna beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah selalu melihatmu.
Maka, muroqobah — merasa diawasi oleh Allah — adalah inti dari ihsan, dan dari muroqobah inilah akan lahir ihsanul ‘amal, yaitu amal yang terbaik dan berkualitas.
Allah selalu melihat apa yang tampak dan yang tersembunyi. Di sisi setiap manusia pun ada malaikat Raqib dan ‘Atid yang mencatat segala amalnya.
Meningkatkan Kualitas Keimanan
Seseorang meningkat kualitas keimanannya melalui muroqobah, maka seluruh keadaan hidupnya menjadi baik, termasuk ketika ia sedang diuji dengan sakit. Karena orang yang memiliki kesadaran muroqobah yakin bahwa segala yang Allah berikan adalah kebaikan.
Konsep muroqobah harus terinternalisasi dalam hati, terkristalisasi dalam pikiran, hingga akhirnya terekspresikan dalam amal perbuatan.
Tsamrotul Muroqobah (Buah dari Muroqobah)
a. Ikhlas dalam Bekerja dan Beramal
Buah pertama dari muroqobah adalah ikhlas. Seperti kisah Umar bin Khattab RA ketika melakukan inspeksi ke rakyatnya. Ia mendengar seorang ibu memerintahkan anaknya mencampur susu dengan air agar tambah banyak dan banyak keuntungan. Namun anak itu menolak sambil berkata, “Wahai Ibu, benar Umar tidak melihat kita, tetapi Tuhan-nya Umar melihat.”
Itulah buah dari muroqobah, kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi.
Ada pula kisah seorang sahabat yang setelah shalat Subuh langsung pulang, lalu mengumpulkan buah kurma yang jatuh dari pohon tetangganya. Ia tidak mengambil untuk dirinya, tetapi mengumpulkannya dan mengembalikan kepada pemiliknya.
b. Amanah dan Itqon (Profesional dalam Bekerja)
Buah kedua dari muroqobah adalah amanah dan itqon, yaitu bekerja secara profesional dan penuh tanggung jawab.
Orang yang amanah tahu tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) dengan baik. Karena itu, ia bisa fokus dan kreatif dalam menjalankan tugasnya.
Sebaliknya, jika seseorang tidak menjalankan tupoksinya, maka bebannya akan menimpa orang lain.
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”
(QS. An-Nisa: 58).
c. Wara’ (Berhati-hati terhadap yang Syubhat)
Buah ketiga dari muroqobah adalah wara’, yaitu sikap hati-hati terhadap hal-hal yang samar (syubhat). Seseorang akan selalu memastikan sesuatu yang dikonsumsi maupun yang dijadikan fasilitas hidupnya dari sumber yang benar-benar halal.
d. Sakinah (Ketenangan Jiwa)
Buah keempat adalah sakinah, ketenangan dan kedamaian hati.
Seperti kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika bersembunyi bersama Rasulullah di Gua Tsur. Abu Bakar merasa gelisah, namun Rasulullah menenangkannya dengan berkata: “Laa tahzan, innallaaha ma’anaa.” Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita agar menjadi insan yang selalu merasakan pengawasan dari-Nya sehingga hidup menjadi lebih bermakna. Amin.

