
MENGENAL SA’AD BIN ABI WAQASH SAHABAT HASIL PENDIDIKAN NABI SAW
Nabi Muhammad saw ialah pendidik pertama dan utama dalam pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu, internalisasi nilai-nilai spiritual dan bimbingan emosional yang dilakukan dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa.
Keberhasilan pendidikan Nabi SAW terlihat dari kemampuan para sahabatnya. Terkait hal ini, Nabi saw bersabda, “Para sahabatku laksana bintang. Siapa di antara mereka yang kalian teladani, niscaya kalian akan mendapat petunjuk.”
Sahabatnya itu antara lain adalah Sa’ad bin Abi Waqash. Nama lengkapnya Sa’ad bin Malik bin Uhaib bin Abd Manaf az-Zuhri. Ia biasa dipanggil Abu Ishaq dan digelari Faris al-Islam. Ia dilahirkan di Makkah tahun 23 sebelum hijrah. Ia bertubuh pendek, perut besar, leher panjang, jari-jari tangan keras, dan rambut keriting.
Ia termasuk orang yang awal masuk Islam dan pada saat itu usianya 17 tahun. Ia berkata, “Pada hari aku masuk Islam tidak ada orang lain yang menyertaiku. Aku menanti seminggu lamanya dan sesungguhnya aku ini sepertiga Islam (artinya, orang ketiga yang masuk Islam).”
Nabi saw pernah berdoa untuk Sa’ad dan berkata, “Ya Allah, kabulkanlah doa Sa’ad bila ia berdoa kepada-Mu.” (HR Tirmidzi). Suatu hari, Sa’ad melihat seorang laki-laki yang mengejek Ali bin Abi Thalib, Thalhah, dan Zubair. Sa’ad melarangnya, tetapi tidak diindahkan. Lalu ia berdoa kepada Allah, tiba-tiba muncullah seekor onta yang langsung melabrak orang tersebut hingga tewas.
Ia pernah diangkat menjadi gubernur wilayah Irak. Namun, penduduk Kuffah mengadu ke Umar bahwa Sa’ad tidak cakap dalam mengimami shalat. Umar memanggilnya untuk pulang, setelah bertemu Umar, ia menceritakan bahwa ia mengimami shalat seperti cara Nabi mengimami shalat. Agar tidak menimbulkan fitnah di negeri yang baru dikuasai kaum muslimin, Sa’ad diberhentikan dari jabatannya, tapi kepercayaan Umar terhadap Sa’ad tetap kokoh. Sesudah itu, ia menolak ditugaskan kembali menjadi gubernur Irak.
Sa’ad kehilangan penglihatan di akhir hayatnya. Ia meninggal di istananya di daerah al-‘Aqiq yang berjarak sekitar 5 mil dari kota Madinah. Ia adalah sahabat yang terakhir meninggal dari kalangan muhajirin. Ibnu hajar meriwayatkan dari Amir bin Sa’ad yang berkata, “Sa’ad adalah orang terakhir dari kalangan muhajirin yang meninggal (dari kalangan pria). Menjelang meninggalnya ia minta diambilkan jubah dari wol (bulu domba) dan berpesan: “Kafanilah aku dengan kain wol ini karena waktu berperang melawan kaum musyrikin pada perang Badar aku memakainya, dan memang aku sengaja menyimpannya untuk keperluan tersebut.”
Ia meninggal dunia pada tahun 55 H dalam usia 80 tahun, dan selama hidupnya Sa’ad meriwayatkan sebanyak 271 hadis dari Nabi saw.
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf [12]: 111).
Penulis: Imam Nur Suharno