
Pesan Mudir: 5 Rahasia Sukses Mengubah Hidup
“Tidak ada manusia yang bodoh, yang ada adalah yang tidak mau belajar,” tegas Kiai Mulyadin saat menyampaikan lima kunci sukses dalam upacara pembukaan semester genap Pondok Pesantren Husnul Khotimah pada Senin (13/1/2025).
Bertempat di lapangan STISHK Upacara dimulai pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB, dengan diikuti oleh seluruh santri dan jajaran pengajar. Bertindak sebagai pembina upacara adalah Kiai Mulyadin, Lc. M.H., yang memberikan amanat dan nasihat berharga untuk menyambut semester baru.
Di awal amanatnya, Kiai Mulyadin menyampaikan tiga poin penting untuk memotivasi para santri.
Poin pertama adalah menyambut kedatangan kembali para santri setelah liburan tiga pekan. Ia mengingatkan bahwa momen ini merupakan kesempatan bagi seluruh santri untuk memperbarui niat, meningkatkan semangat, dan memaksimalkan amal di semester dua.
“Semoga kedatangan kalian membawa ruh baru, terlebih di tahun baru, di bulan haram, dan di semester dua ini,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan momentum awal tahun sebagai waktu untuk evaluasi diri. “Perubahan tahun bukan hanya sekadar bergantinya angka, tetapi merupakan waktu untuk mengevaluasi apa yang sudah dilakukan dan melangkah lebih jauh menuju cita-cita,” tegasnya. Selain itu, bulan haram juga disebut sebagai waktu yang baik untuk menyemai benih kebajikan, agar kelak bisa memetik hasilnya di bulan Ramadan mendatang.
Poin kedua dalam ceramahnya adalah apresiasi kepada para santri berprestasi. “Prestasi yang diraih, baik di bidang akademik maupun non-akademik, adalah hasil dari perjuangan, zuhud, dan doa kalian,” tuturnya. Namun, ia juga mengingatkan santri yang belum mendapatkan hasil memuaskan agar tidak berkecil hati. “Tidak ada manusia yang bodoh, hanya ada manusia yang tidak mau belajar. Jadikan ini introspeksi untuk menjadi lebih baik ke depannya,” tambahnya.
Poin ketiga, mudir memberikan nasihat bagi semua peserta upacara, baik santri, guru, maupun pengajar, mengenai lima kunci sukses dalam kehidupan, yang dirangkumnya sebagai “5T”:
1. At-Ta’abbud wataqarrub ilallah. Segala aktivitas harus berorientasi kepada ibadah. Para santri diingatkan untuk menjadi ‘abid (hamba Allah) yang ikhlas, sementara para guru diminta untuk menjalankan peran sebagai mu’alim (pendidik) yang penuh keikhlasan.
2. At-Takhtit (perencanaan). Santri diminta untuk merencanakan masa depan sedini mungkin. Kiai Mulyadin mendorong mereka untuk mulai menentukan cita-cita, memilih jurusan, atau mencari peluang beasiswa sejak dini, agar tidak terlambat mengambil langkah penting.
3. At-Takholli (membersihkan diri). Para santri diajak untuk membersihkan diri dari akhlak buruk. Ia menekankan bahwa maksiat dapat menjadi penghalang datangnya ilmu dan keberkahan. “Cahaya ilmu dari Allah tidak akan masuk ke dalam jiwa yang penuh maksiat,” katanya.
4. At-Tahalli (menghiasi diri). Santri diajak untuk menghiasi diri dengan ilmu, akhlak mulia, dan adab yang baik. “Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Jadilah pribadi yang sederhana, tidak sombong, hormat kepada guru, dan menghormati sesama,” pesannya.
5. At-Tawakal ilallah. Ia mengingatkan pentingnya menyerahkan hasil akhir kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. “Berdoalah agar Allah membimbing setiap langkah kita,” tambahnya.
Di akhir ceramah, beliau menegaskan bahwa lima kunci sukses ini tidak hanya relevan selama masa belajar di pondok pesantren, tetapi juga untuk kehidupan setelah tamat, baik di dunia kerja maupun di medan perjuangan lainnya. “Semoga liburan yang telah berlalu memberikan energi baru untuk menjalani lima bulan ke depan,” pungkasnya.