
Kehabisan Kata-kata
Fenomena yang sering terjadi bagi mereka yang mencoba merintis untuk menulis. Kehabisan kata-kata sebelum memulai. Bingung memulai dari mana, mau menuliskan apa. Stuck, mampat tak terkira. Pikiran buntu, jangankan memulai menulis, bahkan ide saja tak didapatkan. Ide itu hilang. Tak dapat menangkap ide. Ilham yang ditunggu tak kunjung datang.
Itulah beberapa istilah yang seringkali diungkapkan atas kegagalan mulai menulis. Itu juga yang saya hadapi ketika mencoba mengajak peserta pelatihan menulis untuk mengungkapkan kendala yang dihadapinya. Kenapa tak juga segera bisa menghasilkan tulisan, padahal teori sudah berulang kali disampaikan, contoh telah dipaparkan. Lagi-lagi sumber ide yang tak ketemu, itulah biangnya. Apapun istilah yang disebutkan, problemnya, tak ada ide yang bisa dikembangkan.
Ide tidak akan datang dengan sendirinya. Ide tidak akan tiba-tiba menelusup ke dalam pikiran, atau alam mimpi sebagai ilham. Untuk mendapatkan ide perlu diupayakan, dijemput kedatangannya, disambut untuk segera dijabarkan.
Bagaimana mencari ide?
Ada banyak cara untuk mendapatkan sebuah ide, sebagai modal dasar untuk menulis. Sebenarnya ide itu berseliweran di sekitar kita, tidak harus jauh dari jangkauan. Cukup ambil yang terdekat, kembangkan dalam pikiran kemudian tuangkan menjadi sebuah karya tulisan. Bisa jadi hambatan yang lain adalah menganggap ide yang didapatkan tidak layak untuk dikembangkan, terlalu ringan dan biasa-biasa saja. Bermutu tidaknya suatu tulisna bukan pada kebaruan ide sebagai tema, tetapi ada pada keunikan dan kebaruan dalam penyampaian.
Hal remeh temeh dalam keseharian bisa menjadi sumber tulisan, jika bisa mengolahnya secara menarik. Banyak novel yang digemari para pembaca, tema sentralnya tetap itu-itu saja. Tentang cinta, hubungan sesama manusia, pertikaian, persaingan. Semua itu jika dipandang permasalahannya sepertinya telah usang, tapi ketika dituangkan menjadi sebuah karya tetap saja terasa ada kebaruan. Ada saja penggemarnya.
Untuk mudah mendapatkan ide, perlu sebuah pembiasaan. Pembiasaan membaca sebagaimana perintah untuk senantiasa iqro, bacalah, read. Tuangkan Kembali apa yang telah dibaca menurut pendapatnya sendiri, menurut alam pemikiran sendiri. Kembangkan pendapat-pendapatnya, mungkin mendukung, mungkin juga mengkritisinya.
Membaca, tidak sekedar membaca teks tulisan. Membaca dalam artian yang luas. Membaca fenomena di sekitar kita. Kejadian-kejadian yang dapat dilihat. Peristiwa-peristiwa yang bisa dipikirkan ulang. Kepekaan menangkap peluang perlu dilatihkan. Dari sanalah ide mudah didapatkan. Merenungkan hasil telaah terhadap sesuatu. Semakin membiasakan diri memikirkan sesuatu di sekitar kita, maka akan mempermudah mendapatkan ide untuk menulis.
Menggali ide dari sejarah, tentu tak akan ada habisnya. Sejarah besar dunia, sejarah suatu negara. Lebih sempit lagi, kita bisa menggali sejarah keluarga kita. Masa lalu kita pun bisa dijadikan sumber ide dalam penulisan. Kesan personal terhadap suatu peristiwa dapat dituangkan kembali dalam bentuk tulisan. Banyak penulis mengungkapkan satu peristiwa dari sudut pandang yang berbeda. Bisa berasal dari sumber informasi yang berbeda, bisa juga berdasarkan cara pandang yang berbeda. Perang Diponegoro misalkan, telah banyak menginspirasi para penulis.
Versi sejarah saja, ada beberap sudut pandang yang berbeda. Tentang penyebab perang diponegoro ada menyebutnya perang jawa, ada yang menuliskan karena urusan tanah. Tanah keluarga yang akan dijadikan jalan raya. Ada yang lebih mengedepankan masalah akidah, perang diponegoro adalah perang melawan penindasan terhadap kaum muslimin. Belum lagi versi puisi yang ditulis oleh. Ada pula yang menovelkan menjadi kisah perjuangan yang tak terpisahkan dengan dunia internasional sebagaimana yang dikisahkan oleh Salim A Fillah dalam novel Sang Pangeran.
Langit Kresna Hariadi, dapat mengolah kembali sejarah majapahit dalam versi fiksi. Berjilid-jilid novel telah dihasilkan dari hasil imajinasinya. Tentu, tetap berdasarkan sebagian dari fakta sejarah yang telah dikumpulkannya.
Jadi, marilah mempermudah diri dalam mendapatkan ide sumber untuk menulis. Semua telah tersedia di sekitar kita. Tinggal bagaimana kita mengolahnya.