
Inspirasi Nabi Yahya; Pemuda yang Dirindu Sejarah
Hai Yahya, pelajarilah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, (Maryam: 12)
Al-Qur’an selalu ajaib. Lebih ajaib lagi, dalam ayat-ayatnya kita menemukan rumus hidup yang menggairahkan, menginspirasi, menjadi ilham dalam menjalani ruang dan waktu. Salah satu keajaibannya adalah; Al-Qur’an banyak menceritakan kisah pemuda. Baginda Ibrahim, ketika beliau menghancurkan berhala-berhala. Nabiyullah Daud, memenangkan perang melawan Goliath.
Nabi Ismail, ridha dan sabar rela menerima perintah penyembelihan dirinya. Ashabul Kahfi yang melegenda, Allah istirahatkan mereka di goa selama 309 tahun menjaga keyakinan mereka, Allah dengan paripurna menjelaskan dengan gagahnya, “Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk” (Al-kahfi: 13)
Kepada para pemuda
Yang merindu lahirnya kejayaan …
Kepada umat yang tengah
Kebingungan di persimpangan jalan…
Kepada para pewaris peradaban yang kaya raya,
Yang telah menggoreskan catatan membanggakan
Di lembar sejarah umat manusia…
Dalam roda sejarah ini, Allah mengilhamkan pada kita satu hal yang begitu penting. Dari kalam-Nya Allah jelaskan 6000 ayat cerita yang sebagian besarnya menjadikan pemuda sebagai aktor inti sejarah. “Oleh karena itu”, tulis Ustadz Hasan Al-Banna, “sejak dulu pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.”
YAHYA THE INSPIRATION
Termasuk Nabi Yahya bin Zakaria. Seorang yang “membenarkan kalimat yang datang dari Allah, menjadi teladan, menahan diri dari hawa nafsu dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh”, (Ali Imran: 39).
Lahir dari penantian panjang dan doa-doa tak pernah putus. Beliau adalah regenerasi lelaki sholeh penjaga Al-Aqsha, Nabi Zakaria as. Nabi Yahya bukan sekedar lahir dari proses yang biasa. Kelahirannya melegenda; tentang Nabi Zakaria yang tak berhenti berharap, tentang kuasa Allah membuat istri Nabi Zakaria yang telah sepuh bisa mengandung, dan tentang keberkahan Baitul Maqdis.
Mengapa membahas Nabi Yahya, sesuatu yang istimewa? Sebab beliau menjadi gambaran remaja yang dianugerahi Allah ilmu dan kebijaksanaan. Ketika remaja lain sibuk bermain-main, Allah memberi Yahya sebuah resep hidup khusus, yang kelak akan melahirkan kepribadian melampaui zaman dan usianya.
Al-Qur’an menggambarkan nilai hidup Nabi Yahya dengan bahasa yang memikat, “kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, pada hari ia meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan kembali” (Maryam: 15). Perhatikan, Allah memberkahi Nabi Yahya dalam 3 keadaan yang didambakan oleh semua manusia; Awal hidupnya disayangi, saat wafat pun dicintai, bahkan saat bangkit di hari penghakiman nanti, rahmat turun menghiasi.
Apa sebab keistimewaan Nabi Yahya itu?
MASA MUDA, IN SEARCH OF WISDOM
“Dan kami berikan padanya hikmah selagi dia masih kanak-kanak” (Maryam : 12)
Ketika kita tengok sejarah orang-orang besar, mereka menjalani percepatan cara berfikir melebihi kawan-kawan seusianya. Soekarno, ketika 18 tahun, telah berkeliling Jawa menemani HOS Cokroaminoto dalam rapat-rapat dan diskusi menentukan konsep sebuah negara. Badiuzzaman Said Nursi, ia digelari ‘keajaiban zaman’ sebab di usianya yang belia -di usianya 15 tahun- telah menjadi rujukan Ulama di zamannya, memenangkan debat, dan menguasai banyak cabang keilmuan.
Menjadi bijaksana pada saat remaja adalah salah satu tanda kebesaran jiwa, berhasilnya pendidikan orang tuanya, dan buah dari penjelajahan diri atas keadaan masyarakatnya. Begitulah kisah Ibrahim yang peka melihat bulan, mentari dan bintang. Begitulah kisah Musa yang menggugat kezaliman Firaun atas sebuah bangsa. Begitulah kisah Daud yang menduduki peringkat teratas kualitas bani Israil kala melawan Jalut.
Maka sejatinya, bukan kesalahan jika seharusnya generasi muda Islam dibekali kemampuan nalar yang baik, dididik untuk memiliki narasi yang tertata dan lihai dalam menciptakan sebuah ide. Sebab begitulah mata air sejarah bicara, kisah orang besar diawali dari masa muda cemerlang. Kisah para pahlawan diawali dari kebijaksanaannya sejak remaja. Bukan karena tak mau bermain, tapi karena sadar hidupnya harus bernilai untuk semesta.
“Orang yang bertambah pengetahuannya, bertambah pula kebijaksanaannya”, kata Ustadz Anis Matta melengkapi narasi kebijaksanaan.
SEE BEYOND THE EYES CAN SEE
“Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami dan kesucian dari dosa” (Maryam : 13)
Nabi Yahya sejak belia telah dianugerahi rasa kasih sayang-Nya. Pula, dengan karunia itu, Nabi Yahya menjadi orang yang punya kepribadian harmoni. Suka berbagi, gemar memberi, inti dari hidupnya adalah menebar cinta dan keadilan. Dan satu yang menonjol; kepekaan nurani.
Tak mungkin seorang pemikir besar bisa menemukan ide-idenya jika tak peka melihat keadaan sekitar. Kepekaan adalah sumber inspirasi, juga akar kegelisahan spiritual. Jika tak peka, mana mungkin Nabi Muhammad ber-uzlah di Gua Hira? Jika tak gelisah memikirkan kaumnya, Nabi Yunus akan lebih memilih apatis, masa bodoh umatnya mau diapakan.
Kepekaan adalah bakat para pahlawan, akar gagasan para pemikir, dan tanda tinggi ilmu para Ulama. Sebab “hanya Ahli mutiaralah yang tahu tinggi kadar mutiara”, kata Ulama. Seorang awam akan biasa saja melihat langit mendung, tapi bagi seorang petani awan mendung adalah hidup baru bagi tanaman padi, bagi Ahli Sains adalah wujud sirkulasi air dari laut membentuk awan, bagi Ulama adalah tanda kekuasaan Allah. Kepekaan adalah hasil dari tajamnya mata hati, sebab pengetahuan.