
“KH. Imam Nur Suharno, M.Pd.I : Karakter Tak Dibentuk Sekejap—Ini Tiga Pilar Pentingnya”
Dalam upaya memperkuat pendidikan karakter di lingkungan sekolah, SMPQ Al-Hayah Hayatunai menggelar pelatihan bagi para guru dan tenaga pendidik pada Ahad, 27 Juli 2025. Acara ini mengangkat tema “Pilar Pendidikan Karakter” dan menghadirkan narasumber utama, KH. Imam Nur Suharno, M.Pd.I, seorang pendidik dan motivator yang dikenal luas di dunia pendidikan Islam.
Bertempat di Aula SMPQ Al-Hayah, kegiatan ini berlangsung dari pukul 11.00 hingga 14.00 WIB dan dihadiri oleh seluruh tenaga pendidik sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas serta penguatan peran pendidik sebagai pembentuk karakter generasi muda.
Dalam pemaparannya, KH. Imam Nur Suharno yang merupakan Kepala Divisi Humas dan Dakwah Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat, menjelaskan bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari pembiasaan, bukan melalui pendekatan instan. Menurutnya, pembiasaan adalah ruh dari pendidikan karakter. Ia menegaskan pentingnya menanamkan kebiasaan baik sejak usia dini, karena apa yang dibiasakan sejak muda akan melekat hingga dewasa. Hal ini dikuatkan dengan pepatah Arab “Man syabba ‘ala syai’in, syaaba ‘alaihi” (Barang siapa terbiasa melakukan sesuatu sejak muda, maka ia akan membawanya hingga tua).
KH. Imam juga mengutip sabda Rasulullah SAW sebagai dasar pentingnya pembiasaan dalam pendidikan. Beliau bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika umurnya telah mencapai tujuh tahun. Pukullah mereka (jika tidak mau shalat) jika telah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Dawud). Hadits ini, menurutnya, menjadi pedoman dalam membentuk rutinitas ibadah dan disiplin anak sejak dini melalui pendekatan yang bertahap dan tegas.
Selain pembiasaan, KH. Imam menekankan pentingnya pendekatan kasih sayang dalam mendidik. Ia menjelaskan bahwa anak didik akan lebih mudah diarahkan jika para pendidik bersikap lembut dan penuh kasih. Ia mengutip QS Ali Imran ayat 159 sebagai landasan bahwa sikap lemah lembut, memaafkan, dan bermusyawarah merupakan prinsip yang sangat dianjurkan dalam membina hubungan dengan peserta didik.
Pilar terakhir yang ia sampaikan adalah keteladanan. Menurutnya, keteladanan merupakan aspek yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan, proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Manusia memiliki naluri meniru yang sangat kuat, terutama melalui penglihatan dan pengamatan. Ia menyinggung hasil kajian psikologi yang menyatakan bahwa 75% proses belajar diperoleh dari pengamatan visual, sementara hanya 13% melalui pendengaran. Karena itu, guru harus menjadi figur teladan yang nyata dalam akhlak, ibadah, dan perilaku sehari-hari.
Kegiatan pelatihan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dan refleksi bersama. Para peserta mengaku mendapatkan inspirasi dan motivasi baru untuk meningkatkan kualitas diri dalam mendidik. Kepala SMPQ Al-Hayah Pati, Abdul Rahim, M.Pd. menyampaikan harapannya agar pelatihan ini menjadi awal dari transformasi pendidikan karakter yang berkelanjutan di sekolah. “Karakter adalah pondasi. Ilmu tanpa karakter akan kosong. Kita ingin membentuk generasi yang cerdas dan berakhlak mulia,” tutupnya.

