Guru Besar UIN Bandung Ungkap Konsep Qodirun Alal Kasbi: Kemandirian Santri Lebih dari Sekadar Produksi

Guru Besar UIN Bandung Ungkap Konsep Qodirun Alal Kasbi: Kemandirian Santri Lebih dari Sekadar Produksi

Kuningan- Konsep qodirun alal kasbi atau kemandirian bagi santri memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar kemampuan memproduksi. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Dr. Jaih Mubarok, S.E.,M.H.,M.Ag.  Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus Dewan Pembina Yayasan Husnul Khotimah, dalam sebuah wawancara dengan MediaHK usai mengikuti rapat dewan pembina yayasan Husnul Khotimah Kuningan (20/4). Beliau menekankan bahwa kemandirian yang hakiki mencakup ketangguhan, penguasaan pasar, dan kemampuan mencukupi kebutuhan sendiri.

“Kalau setahu saya, kalau kemandirian itu adalah memproduksi sendiri ya, kurang tetapi tangguh, menguasai pasar, kemudian kita tercukupi. Tapi kalau kedaulatan, itu dua-duanya, memproduksi kita lakukan, kemudian pasarnya juga kita kuasai.” katanya.

Lebih lanjut, Prof. Jaih Mubarok menyoroti potensi besar Indonesia yang dianugerahi kekayaan alam yang melimpah. Beliau memberikan contoh keindahan lanskap Indonesia yang tidak kalah dengan negara lain. “Indonesia itu nggak kalah. Jadi misalnya kalau saya, perjalanan dari Bandung, Ciwidey terus ke Cidaun, Mapai sampai Pangandaran, atau saya jalan perjalanan dari Tanjung Lesung sampai Sukabumi, Ciletuh, Pangandaran, luar biasa, nggak kalah kok,” ujarnya.

Namun, beliau menyayangkan belum optimalnya pemanfaatan potensi tersebut. Menurutnya, Indonesia baru memiliki keunggulan komparatif, namun belum maksimal dalam keunggulan kompetitif. “Jadi untuk memberitahu bahwa kita ini orang kaya atas dasar anugerah Allah saja, itu butuh energi,” imbuhnya.

Dalam konteks ekonomi, Prof. Jaih Mubarok menjelaskan bahwa sumber daya yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan dapat dimanfaatkan selama memberikan manfaat. Beliau mencontohkan pengembangan ekonomi wisata syariah sebagai salah satu potensi yang perlu dikembangkan. “Kita sebagai akademisi di kampus ini, akan melahirkan outcome seperti apa? Misalnya untuk wisata kita punya panduan ekonomi, wisata syariah, ada travel syariah. Itu yang menurut saya ke depan kita kembangkan, harus wisata syariah, wisata halal” katanya.

Beliau juga menyinggung pentingnya kecukupan finansial bagi sumber daya manusia, termasuk para santri, agar dapat bekerja secara totalitas. Namun, kecukupan ini tidak hanya soal pendapatan, tetapi juga tentang manajemen diri dan cara pandang terhadap rezeki. “Jadi sebetulnya cukup tidak cukup, itu bukan semata-mata persoalan pendapatan, tapi bagaimana kita bisa mengukur dalam hidup itu, mana kebutuhan, mana keinginan, mana yang kita belanjakan, mana yang kita sedekahkan, mana yang kita simpan,” jelasnya.

Berkaitan dengan karakter santri, Prof. Jaih Mubarok menyebutkan qodirun alal kasbi sebagai salah satu dari sepuluh karakter santri HK yang harus dimiliki setelah lulus. Untuk mengimplementasikan konsep ini, beliau menekankan pentingnya knowledge (pengetahuan) yang cukup dan ethic (etika) yang kuat, termasuk semangat untuk berprestasi secara ekonomi (need of achievement).

“Kalau menurut saya sih gini, bukan sekedar konsep. Kalau mandirinya kan nggak usah dipertanyakan, tetapi bagaimana membangun kemandirian itu, yang pertama menurut saya itu, dia harus punya knowledge yang cukup, knowledge-nya dulu, yang ke-2 dia harus punya etik, kalau bahasa manajemen itu need of achievement, semangat untuk berprestasi secara ekonomi,” paparnya.

Prof. Jaih Mubarok juga menyoroti pentingnya pengalaman hidup dalam realitas bagi para santri serta kerja sama yang baik antara pihak pesantren dan orang tua. Beliau menekankan prinsip memberikan yang terbaik dalam bekerja sebagai wujud pelayanan umat.

“Jadi saya punya pengalaman, saya selalu berpikir ya kita sebagai khodimul ummah, kalau bahasa kiai, sebagai pelayan umat, kita berikan yang terbaik, apa yang kita bisa, semampu kita,” pungkasnya. Beliau menambahkan bahwa keahlian yang diiringi dengan sikap moral yang baik akan menjadi nilai yang sesungguhnya bagi para santri di masa depan.

Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus (0 )
WHATSAPP