
MBG SEHAT DAN BERKAH BAGI SANTRI
Oleh Mustopa
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu inisiatif pemerintah untuk memastikan anak-anak usia sekolah, termasuk santri di pesantren mendapatkan akses makanan sehat dan bergizi. Program ini hadir sebagai upaya nyata dalam mencegah masalah gizi.
Di pesantren, program MBG dinilai sangat bermanfaat karena tidak semua santri memiliki latar pengetahuan gizi yang sama. Kehadiran makanan sehat membantu mengurangi kesenjangan gizi, menjamin asupan gizi seimbang. Lebih dari itu, program ini juga mendukung terbentuknya generasi santri yang cerdas, sehat, dan produktif. Dengan demikian, MBG bukan sekadar program makan gratis, melainkan sebuah investasi untuk mencetak generasi emas Indonesia di masa depan.
Mengapa sivitas pesantren dan santri harus mendukung? Program MBG sangat penting bagi anak-anak karena mendukung pertumbuhan fisik yang optimal. Anak yang sedang berada pada masa pertumbuhan membutuhkan protein, vitamin, mineral, dan energi dalam jumlah cukup agar tinggi badan, berat badan, serta kesehatan organ tubuhnya berkembang dengan baik. Asupan gizi seimbang juga membantu meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar, sebab anak yang cukup gizi akan lebih fokus, tidak mudah lelah, serta memiliki daya ingat yang lebih baik.
Bagaiman santri bisa tahu kebutuhan gizi harianya? Untuk memastikan santri mendapatkan asupan makanan yang sesuai, kebutuhan gizi harus dihitung berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Langkah pertama, mengidentifikasi usia dan jenis kelamin, karena kebutuhan gizi anak laki-laki dan perempuan berbeda. Misalnya, santri laki-laki usia 13–15 tahun membutuhkan energi sekitar 2.400 kkal dan protein 72 gram per hari, sedangkan perempuan usia sama membutuhkan sekitar 2.050 kkal dengan protein 69 gram per hari.
Selain itu, tingkat aktivitas fisik juga menjadi faktor penting. Santri umumnya melakukan kegiatan belajar, ibadah, serta olahraga ringan hingga sedang yang memengaruhi kebutuhan energi harian mereka. jika ada santri dengan kondisi khusus seperti berat badan kurang, obesitas, stunting, atau sakit, maka kebutuhan gizinya perlu disesuaikan oleh tenaga kesehatan atau ahli gizi.
Hasil perhitungan kebutuhan gizi tersebut lalu diterapkan dalam menu harian. Komposisi menu seimbang mencakup 50–60% karbohidrat dari nasi, jagung, roti, atau kentang; 15–20% protein dari ikan, telur, ayam, tahu, atau tempe; serta 25–30% lemak sehat dari minyak nabati, kacang, atau alpukat.
Menu juga wajib dilengkapi dengan sayur dan buah minimal 400 gram per hari serta asupan air putih sekitar 8 gelas atau 2 liter. Dengan pengaturan menu berdasarkan AKG, kebutuhan gizi santri akan tercukupi sehingga mendukung pertumbuhan, kesehatan, dan prestasi belajar mereka.
Contoh sederhana kebutuhan gizi santri laki-laki usia 13 tahun. Yaitu energi: ± 2.400 kkal, protein: 72 gr, lemak: 80 gr, karbohidrat: 350 gr, sayur dan buah: minimal 400 gr/hari, seta air: 8 gelas (2 liter).
Susunan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serta air dalam jumlah sesuai kebutuhan tubuh. Konsep ini bertujuan agar setiap orang mendapat asupan energi dan zat gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan, kesehatan, serta aktivitas santri. (Bersambung).

