
Resonansikan Kebaikanmu
Dan perumpamaan teman yang baik, ibarat seorang penjual minyak wangi kalaupun ia tidak memberikan minyak wanginya, setidaknya kita mendapatkan aromanya yang semerbak. Sementara perumpamaan teman yang jahat, tak ubahnya pandai besi, kalaupun kita tidak terkena asap hitamnya, setidaknya kita akan mencium bau busuk dari tungkunya (HR Abu Dawud dalam kitab Al Adab)
Ilmu fisika memberikan gambaran tentang resonansi. Bergetarnya suatu benda akibat getaran benda lain dengan adanya kesamaan frekunsi atau kelipatan bulat dari freksuensi tersebut. Maka, kemudian ketika kan menggetarkan suatu bend akita tidak harus menyentuhnya secara langsung satu persatu, melainkan cukup dengan menggetarkan salah satu benda. Maka kita mampu menggetarkan beberapa benda sekaligus dalam satu waktu jika benda-benda tersebut memiliki kesamaan atau kelipatan bulat frekuensinya.
Resonansi adalah tentang kesamaan, kesetaraan, kesejajaran, ada keselarasan dalam irama. Harmoni yang menentramkan, saling menguatkan dalam kebaikan. Beresonansi sebuah bentuk saling mempengaruhi karena kesamaan iklim, ritme yang sama keharmonian yang saling menguatkan. Seiring sejalan. Tak ada yang lebih unggul, tidak juga yang jauh tertinggal. Kebersamaan yang ajeg terjaga.
Maka, bagaimana kita merawat resonansi dalam kebaikan. Pergaulan atau lingkaran yang terjaga, saling menguatkan sangatlah dibutuhkan. Manusia dengan status makhluk sosial mutlak butuh saling berinteraksi. Agar tetap dalam resonsi kebaikan maka bagaimana keajegan tetap terjaga. Seperti halnya hukum kelembaman Newton. Benda bergerak senantiasa mempertahankan gerakannya, benda diam sennatiasa mempertahankan kediamannya. Kebaikan-kebaikan yang sudah menjadi kebiasaan sudah sepatutnya dijaga kelembamannya, jangan sampai ada gaya luar yang mempengaruhinya, jangan sampai terjadi dengan sentuhan sedikit saja yang berbeda dengan kebiasaan merusak daya lembam itu.
Sebaliknya, teruslah kita berupaya mengubah gaya kelembaman yang tidak selaras dengan resonansi kebaikan. Karena jika berada pada iklim yang sama, ketidakbaikan juga akan menemukan resonansinya. Menularkan pada mereka yang sedang berada dalam frekuensi yang sama. Rasa kemalasan, ogah-ogahan, mageran, mudah menular, jika sedang dalam mood yang sederajat. Jika sedang dalam posisi kelembaman yang sama.
Di dunia bisnis, ada istilah MLM (Multi Level Marketing), pemasaran berjenjang. Piramida yang berawal dari satu, berada di puncak. Mengajak, mempengaruhi, hingga turut andil sebagai bagian dari piramida yang semakin ke bawah semakin banyak, semakin luas. Disebut Multi Level Marketing karena keuntungan dari margin harga produk didistribusikan sedemikian rupa sehingga bukan hanya penjual langsung yang mendapatkan komisi atas penjualan melainkan siapa yang berada di jenjang atas dari sang penjual tersebut juga mendapatkan komisi. Dalam satu jaringan pemasar ada posisi upline dan downline. Upline berada di jenjang atas, sementara downline berada di jenjang bawahnya.
Piramida dalam resonansi kebaikan, jauh lebih menguntungkan. Tidak pernah rugi dalam berbagi. Jika dalam bisnis, ada akumulasi keuntungan yang terkumpul pada titik puncak dengan sedikit mengambil bagian di bawahnya. Adapun pada resonansi kebaikan, hal tersebut tidak berlaku, karena Allah telah melipatgandakan nilai resonansi itu tanpa sedikitpun mengurangi bagian pelaku kebaikan yang dipengaruhi oleh puncak piramida atau jenjang yang terdekatnya. Maka marilah, kita resonansikan kebaikan-kebaikan yang telah kita jalankan. Kita pertahankan kelembamannya, agar semakin menambah keberkahannya. Menambah bagiannya pahala di sisi Allah swt, tanpa menguarngi bagian yang kita resonansikan.
“Siapa saja yang meretas jalan kebaikan di dalam Islam, baginya pahala atas perbuatan baiknya itu dan pahala dari orang-orang yang mengikuti jejak kebaikannya itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. Siapa saja yang meretas jalan keburukan di dalam Islam, baginya dosa atas perbuatan buruknya itu dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejak keburukannya itu tanpa mengurangi sedikit pun dosa mereka.” (HR Muslim).