Wawancara Eksklusif dengan Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc : Peran dan Tantangan Pesantren di Era Modern

Wawancara Eksklusif dengan Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc : Peran dan Tantangan Pesantren di Era Modern

Dengan wawasan yang mendalam, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, M.Sc.  menggarisbawahi pentingnya peran pesantren sebagai pilar pendidikan agama, ekonomi, dan kepemimpinan, sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri keislamannya.

Berikut ini wawancara MajalahHK dengan Ulama,  Guru Besar IPB dan UIKA, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc. di Masjid Al Hijr II, Universitas Ibnu Khaldun Bogor.(18/07).  

Apa peran utama pesantren dalam membangun bangsa?

Pesantren memiliki beberapa fungsi penting. Pertama, sebagai lembaga tafaqquh fiddin, pesantren mencetak ulama panutan —bukan hanya dalam ilmu, tapi juga sebagai teladan bagi umat. Pesantren harus menjaga dan mengembangkan nilai-nilai amar ma’ruf nahi munkar, jika tidak, pesantren kehilangan jati dirinya.

Fungsi kedua adalah sebagai lembaga dakwah dan perjuangan. Pesantren memiliki peran penting dalam amar ma’ruf nahi munkar. Jika tidak dilaksanakan, maka pesantren akan kehilangan arah. Fungsi ketiga adalah pemberdayaan ekonomi. Pesantren harus mandiri, tidak bergantung pada pemerintah. Banyak alumni pesantren yang menjadi penggerak ekonomi syariah, dan ini harus terus didorong.

Apa ciri khas pesantren dibandingkan lembaga pendidikan lainnya?

Salah satu ciri khas pesantren adalah keteladanan. Santri belajar tidak hanya dari ilmu, tapi juga dari perilaku dan akhlak guru. Di pesantren, cinta tanah air juga diajarkan sebagai bagian dari iman. Selain itu, pesantren membekali santri dengan semangat dakwah dan jihad, serta pelatihan kemandirian yang penting di era modern ini.

Pesantren juga memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan pemikiran seperti liberalisme, sekularisme, dan pluralisme. Ini menjadi tanggung jawab pesantren untuk menjaga pemahaman agama tetap kokoh.

Bisakah teknologi menggantikan peran guru di pesantren?

Teknologi tak akan pernah bisa menggantikan roh pesantren. Pesantren melahirkan lulusan yang menguasai tafaqquh fiddin (pemahaman mendalam tentang agama), tafaqquh finnas (pemahaman mendalam tentang manusia), dan tafaqquh fil waqi’ (pemahaman mendalam tentang realitas dan teknologi). Santri tidak hanya dibekali dengan ilmu, tapi juga akhlak, ukhuwah, dan kemandirian. Inilah yang membedakan pesantren dari lembaga lain.

Bagaimana pesantren bisa berkontribusi lebih besar dalam kebijakan negara?

Pesantren dan ulama memiliki peran historis dalam perjuangan bangsa, jadi penting bagi pesantren untuk terus menjadi pilar utama NKRI. Kita harus melahirkan ulama-ulama yang tak hanya berilmu, tapi juga memiliki kapasitas sebagai negarawan.

Salah satu caranya adalah dengan memastikan alumni pesantren aktif di parlemen, sehingga bisa memperjuangkan kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Alhamdulillah, banyak alumni pesantren yang kini duduk di posisi strategis, dan ini menunjukkan bahwa pesantren berperan besar dalam membentuk pemimpin masa depan.

Bagaimana cara efektif membina generasi santri masa kini yang sering disebut generasi “stroberi”? 

Generasi milenial, yang sering dijuluki sebagai generasi “stroberi” karena dianggap lebih rentan dalam menghadapi tantangan hidup, menghadirkan tantangan tersendiri dalam proses penanaman nilai-nilai akhlak. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, dihadapkan pada tugas yang tak mudah untuk membina generasi ini agar memiliki karakter kuat dan akhlak terpuji.

Dalam upaya membina generasi santri masa kini, ada beberapa langkah penting yang bisa diterapkan dalam pendidikan akhlak. Langkah pertama, memberikan motivasi yang kuat kepada para santri. Dengan pemahaman yang jelas tentang mana yang baik dan buruk, diharapkan mereka mampu memahami nilai-nilai kebaikan dan merasakan pentingnya menjalankan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi yang tepat menjadi pondasi awal dalam proses ini.

Langkah selanjutnya adalah pembiasaan. Setelah anak memahami konsep-konsep moral, mereka perlu dilatih secara konsisten untuk menerapkannya dalam tindakan nyata. Proses pembiasaan ini akan membantu membentuk kebiasaan positif yang dapat bertahan lama, bahkan setelah lulus dari pesantren. Dalam jangka panjang, pembiasaan yang baik akan melahirkan individu yang mampu menjalankan kebaikan secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari.

Keteladanan juga menjadi elemen penting dalam pendidikan akhlak. Guru dan orang tua memegang peran utama dalam hal ini. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa yang mereka hormati, dan keteladanan dari sosok-sosok yang mereka lihat setiap hari akan memberikan pengaruh besar dalam pembentukan karakter mereka. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus selalu menjadi contoh yang baik dalam menjalankan nilai-nilai moral.

Terakhir, sistem reward dan punishment juga memainkan peran krusial. Pemberian penghargaan atas perilaku baik akan memotivasi santri untuk terus berbuat baik, sementara penerapan sanksi atas kesalahan yang mereka lakukan dapat membantu mencegah kebiasaan buruk berkembang. Sistem ini bertujuan untuk memperkuat perilaku positif serta memberikan batasan yang jelas terhadap tindakan yang tidak diinginkan.

Keempat langkah ini merupakan pilar penting dalam membentuk generasi santri yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga memiliki akhlak mulia yang kokoh. Dengan pendidikan akhlak yang tepat, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan zaman dan menjadi individu yang mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Apa pendapat Profesor mengenai kolaborasi antar pesantren dalam menghadapi tantangan pendidikan dan ekonomi?

Kolaborasi antar pesantren sangat penting. Dengan lebih dari 16.000 pesantren di Indonesia, seharusnya setiap pesantren bisa fokus pada kompetensi tertentu dan saling mendukung, bukan bersaing. Contoh yang baik adalah Pondok Pesantren Sidogiri yang memiliki koperasi terbesar di Indonesia. Pesantren harus berkolaborasi agar dapat saling melengkapi dan memperkuat peran dalam pembangunan bangsa.

Bagaimana cara memotivasi santri untuk berwirausaha dan mandiri secara ekonomi?

Pemberdayaan ekonomi pesantren harus dilakukan secara sistematis. Di Darul Muttaqin, kami mengembangkan program kemandirian ekonomi dengan fokus pada perkebunan. Saat ini, kami memiliki ratusan hektar lahan yang dikelola untuk kemandirian pesantren. Santri juga dilibatkan dalam magang di berbagai unit usaha pesantren untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan.

Kemandirian ini sangat penting agar pesantren tidak hanya mengandalkan SPP santri, tapi juga memiliki sumber pendapatan yang stabil untuk operasional dan pengembangan.

Apa pandangan Profesor mengenai integrasi kurikulum nasional dengan nilai-nilai Islam di pesantren?

Integrasi ini sangat mungkin dilakukan dengan islamisasi kurikulum. Misalnya, dalam pembelajaran sosiologi yang biasanya mengajarkan teori-teori dari tokoh-tokoh ateis, kami menambahkan perspektif Islam sebagai pembanding. Santri kemudian diminta untuk membuat makalah dan presentasi tentang bagaimana Islam melihat konsep-konsep tersebut. 

Hal ini memerlukan guru-guru yang memiliki pemahaman mendalam tentang islamisasi ilmu pengetahuan, sehingga kami tidak hanya mengajarkan kurikulum nasional, tetapi juga memberikan pandangan islami yang kritis dan kontekstual.

 

Biodata : 

Prof. Dr. K. H. Didin HafidhuddinM.Sc (lahir 21 Oktober 1951) adalah ulama Indonesia yang pernah dicalonkan sebagai Calon Presiden oleh Partai Keadilan (sekarang Partai Keadilan Sejahtera) pada Pemilu tahun 1999 selaku Ketum partainya. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) selama dua periode sejak 2004 hingga 2015,[1] kemudian digantikan oleh seorang ekonom dan akademisi, yaitu Bambang Sudibyo.[2][3]

Pendidikan

S-1 IAIN/ Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

S-2 Penyuluhan Pembangunan Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

S-3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jabatan Struktural/ Non Struktural

Ketua Umum Baznas periode 2005-2015 (dua periode)

Guru Besar Ilmu Agama Islam Institut Pertanian Bogor s.d. sekarang.

Dekan Pascasarjana UIKA BogorJawa Barat

Dosen Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor

Dewan Syariah Nasional (DSN)

Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Penghargaan

Bintang Jasa Utama dari Presiden RI, Keputusan Presiden RI Nomor 84/TK/TAHUN 2015 tanggal 7 Agustus 2015, disematkan pada Kamis, (13/8/2015)  

 

Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )
WHATSAPP