
Wawancara Prof. Dr. sc. ETH. Anuraga Jayanegara, S.Pt., M.Sc.
“Mau muda, mau tua, harus punya Fighting Spirit yang tinggi dalam belajar”
Alhamdulillah Majalah Husnul Khotimah berhasil mewawancarai secara daring salah seorang Profesor muda yang meraih penghargaan sebagai Dosen berprestasi (peringkat 1) tingkat nasional bidang sains dan teknologi tahun 2019, masuk dalam daftar 2 % ilmuwan paling berpengaruh di dunia peringkat ke-39 yang berasal dari Indonesia, Ia adalah Prof. Dr. sc. ETH. Anuraga Jayanegara, S.Pt., PgDip., M.Sc.
Profesor Anurarga seperti tidak pernah letih atau lelah dalam belajar. Selesai meraih gelar profesor di usia 37 tahun, Ia mendalami ilmu agama dengan mengambil kuliah S2 dan S3 bidang pendidikan Agama Islam. Suami dari Dr. Agr. Eny Palupi, S.TP., M.Sc. ini menuturkan pentingnya Fighting Spirit dalam belajar dan bagaimana mewujudkannya, yu simak petikan wawancaranya berikut ini;
Apa urgensi menumbuhkan Fighting Spirit dalam belajar ?
Salah satu karakeristik khoiru ummah atau umat yang terbaik adalah umat yang senantiasa senang untuk belajar. Dengan belajar maka dia akan memiliki ilmu dan dengan ilmu itu dia bisa beramal dan dia bisa mentransformasi dirinya sendiri, keluarganya, masyarakat menuju yang lebih baik.
Jadi sangat penting bagi kita untuk senantiasa punya Fighting Spirit dalam belajar. Fighting Spirit ini dalam belajar tidak boleh hilang. kapanpun kita, di manapun kita berapa pun usia kita. mau muda mau tua itu harus punya Fighting Spirit yang tinggi dalam belajar.
Memang menuntut ilmu itu diperintahkan Allah subhanahu wa taala dan rasulnya. Tholabul Ilmi Minal Mahdi Ilal lahdi dalam salah satu hadis. jadi menuntut ilmu itu dari sejak lahir sampai meninggal. Ini yg harus kita jaga. Sebagaimana dalam surat Ali Imron (ayat) 110 itu adalah bahwa kita adalah khairu ummah.
Dari awal menempuh Pendidikan, apa motivasi mendasar profesor hingga bisa pada posisi sekarang ?
Umat Islam sekarang posisinya relatif tertinggal dibandingkan umat lain. Ini berkebalikan ketika pada masa The Golden Age of islam. orang menisbatkan The Golden Age of islam itu pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika itu umat Islam adalah pemegang peradaban, termasuk dalam peradaban sains dan teknologi. Banyak ilmuwan ilmuwan Islam yang menjadi pelopor ilmu saat itu, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Ibnu Rusyd dan banyak sekali.
Dengan itu umat Islam bisa menjadi Ustadziatul alam, menjadi guru atau senter dari peradaban manusia. Oleh karena itu, kalau kita ingin menjadi ustadziatul alam, menjadi guru bagi semesta alam, menjadi pusat peradaban, maka kita harus semangat dalam belajar dan semangat dalam menempuh pendidikan. Ini menjadi modal dasar bagi umat Islam.
Umat Islam ini katakanlah sebagai sebuah polimer. Katakanlah suatu molekul karbohidrat atau saya mau spesifik Pati. Pati itu kalau kita break down itu nanti ada monomer-monomer nya. Katakanlah glukosa masing-masing kita. individu-individu adalah monomer dari umat Islam. kalau kita ingin polimernya kuat dan kokoh maka syaratnya dua.
Yang pertama adalah monomernya kokoh. Masing-masing individu umat Islam itu harus kuat dan unggul. Yang kedua adalah kekuatan ikatan antar monomer. Antara satu umat Islam dengan umat Islam lainnya harus kuat, artinya di situ adalah ukhuwah islamiyah, di situlah persaudaraan Islam berperan. Maka dari itu kita masing-masing umat Islam harus berusaha sebaik mungkin untuk menjadi unggul. Dengan itu kita bisa menopang umat Islam secara general, baik dalam konteks keindonesiaan maupun global.
Hambatan atau tantangan terbesar selama ini dalam belajar ?
Jadi hambatan terbesar dalam belajar yang saya rasakan, itu sebetulnya datang dari diri kita sendiri. Dimana hambatan terbesar kita (adalah) mengatasi rasa malas, rasa enggan, atau rasa jenuh dalam belajar, ini yang menjadi kendala utama. Maka dari itu harus kita lawan.
Ibaratnya seperti gaya gesek kalau dikiaskan. nah ini harus harus kita atasi. Salah satu hal yang bisa kita gunakan untuk mengatasi keterbatasan rasa malas di diri kita itu adalah dengan adanya fastabiqul Khairat, berlomba-lomba bersaing dalam kebaikan. Jadi kita bisa melihat saudara kita yang punya ghirah yang lebih yang tinggi itu sebagai cermin. Kita jadikan teman kelas kita yang senantiasa semangat dalam belajar untuk menjadi salah satu motivasi untuk sebetulnya kita mengatasi kelemahan-kekemahan diri kita sendiri.
Saya gunakan tips ini untuk membangkitkan rasa semangat belajar secara terus-menerus. Melihat teman kita ini Masya Allah ini baik sekarang orangnya udah baik, Semangat belajarnya ini kita bisa bercermin dan penerapan itu di diri kita. Dengan adanya pesaing jangan kita memandangnya dari sisi negatif, tapi pandanglah pesaing Itu dari sisi positif. Dialah yang akan membantu kita untuk mengatasi berbagai keterbatasan diri kita.
Profesor sudah meraih keilmuan tertinggi di bidang peternakan, apa yang memotivasi mengambil kuliah di bidang agama ?
Ya betul, sekarang ini saya sedang lanjut studi S2 sekaligus S3. Yang S2 nya masuk ke semester 4 semester terakhir. S3-nya masuk semester 3. S2 saya ambil pendidikan agama Islam di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Sedangkan S3 nya di bidang yang sama pendidikan agama Islam di Universitas Islam Jakarta.
Kenapa termotivasi yang di bidang agama? Sesungguhnya saya bukan dari kalangan atau keluarga yang basic agamanya kuat, tapi dari kalangan umum. Sehingga pada usia-usia sekarang saya merasa perlu untuk belajar agama lebih lebih mendalam. sehingga dengan itu bisa memperbaiki diri, keluarga dan tentunya juga masyarakat . Untuk mentransformasi masyarakat kita juga minad dzulumatil jahiliyah dari kegelapan jahiliyah ilaa nuril islam kepada cahaya Islam. Mungkin masih banyak masyarakat kita yang belum memperhatikan ibadah-ibadah wajib atau hal-hal mendasar dalam Islam.
Ini perlu bekal juga dalam mentranformasi diri sendiri keluarga dan masyarakat menjadi lebih baik dan yang saya jadikan motivasi. Jadi bukan hanya untuk memperbaiki diri dan keluarga tetapi juga bagaimana nanti ilmu yang didapat menjadi bekal dakwah.
Kebetulan sekarang ada beberapa hal yang salah satunya menjadi Ketua DKM masjid di perumahan ini akan perlu ilmu begitu ya. Tidak cukup sekedar kita melaksanakan ibadah secara reguler, secara rutin. Tapi juga kita perlu ilmu yang katakanlah memadai atau mendekati itu. Karena ilmu dan amal itu harus berpadanan. Tidak bisa kita amal saja tanpa adanya ilmu. Jadi ilmunya memadai, amalannya juga kita tingkatkan, insya Allah nanti menjadi hal yang sinergis.
Bagaimana caranya atau tips agar kita bisa menjadi mahir/menguasai terhadap bidang atau ilmu yang kita minati?
jadi prinsipnya adalah dalam mempelajari suatu ilmu itu kita perlu kesungguhan. kesungguhan tentunya mulai dari niat bahwa kita ingin mempelajari dan memahami ilmu tersebut. Ilmu apapun itu yang tentunya ilmu yang baik secara paripurna, syumuliyah, luas dan mendalam.
Dari niat yang sungguh-sungguh itu kemudian kita transformasikan menjadi tindakan nyata. Kita harus meluangkan waktu yang cukup untuk mempelajari ilmu tersebut. Akan sangat sayang kalau semangatnya tinggi tapi tidak ditransformasikan menjadi tindakan nyata. Jadi kita harus meluangkan waktu, energi untuk mempelajari ilmu tersebut. Tidak cukup hanya sekilas-sekilas, harus sungguh-sungguh.
Kemudian juga al istimroriyah, ada kontinuitas dalam mempelajari ilmu. Nanti kalau kita sungguh-sungguh, belajarnya kontinu, diluangkan waktu dan energi yang cukup, lama-lama akan terbentuk yang namanya kompetensi. Akan terbentuk pemahaman kita terhadap ilmu tersebut. Ini memang perlu effort penuh yang lebih. Dan yang paling utama sebetulnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai sang pemilik ilmu agar Allah memberikan karunia sebagian dari ilmunya tersebut kepada kita. Walaupun illaa qalila sebetulnya ya sedikit aja.
Jadi ada aspek-aspek ikhtiar dan juga tentunya ada aspek tawakal untuk kita bisa memahami ilmu secara Paripurna. Semoga adik-adik di Husnul bisa bersemangat dalam dalam belajar dalam mentransformasi diri menjadi orang yang lebih baik dan insya Allah itu adalah madal Hayaah, belajar itu terus-menerus sepanjang Kita hidup, kita harus terus belajar nggak boleh berhenti.
Biodata :
Nama: Anuraga Jayanegara (Prof., Dr.sc ETH, S.Pt, PgDip, M.Sc)
Tempat, tanggal lahir: Bojonegoro, 2 Juni 1983
Alamat: Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Status: Alhamdulillah sudah menikah (1 istri, 6 anak)
Pendidikan :
Sept 2021 – Saat ini: Program Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI), Universitas Islam Jakarta, Indonesia (Dr.)
Des 2008 – Sept 2011: Animal Nutrition, Swiss Federal Institute of Technology (ETH) Zurich, Switzerland (Dr.sc ETH) [PhD certificate]
Mar 2021 – Saat ini: Program Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Universitas Muhammadiyah Tangerang, Indonesia (M.Pd)
Okt 2006 – Sept 2008: Agricultural Sciences in the Tropics and Subtropics (Minor in Animal Nutrition), University of Hohenheim, Stuttgart, Germany (M.Sc) [MSc certificate]
Apr – Okt 2010: Modeling in Ecology and Natural Resource Management, Polytechnic University of Catalunya, Barcelona, Spain (Postgraduate Diploma, PgDip) [PgDip certificate]
Jun 1999 – Mei 2003: Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Indonesia (S.Pt)