
Esok yang Lebih Baik
Pepatah lama bahwa hari ini lebih baik dari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini, senantiasa relevan sepanjang waktu. Meski musim telah berpuluh-puluh waktu bertukar posisi kemarau dan hujan, pepatah tersebut tidak terhanyut, tidak juga terkikis maknanya. Realisasinya tiap orang bisa memaknai secara berbeda. Kondisi spiritual sangat menentukan bagaimana memaknai sekaligus menerapkan pepatah yang sepertinya cukup sederhana ini.
Seorang yang materialis tentu semakin banyaknya pendapatan yang diperoleh atau semakin banyak harta yang dimiliki itulah keberhasilan yang dimaksud. Gedung yang bagus, nyaman sebagai tempat tinggal, tercukupi segala kebutuhan, bahkan berlimpah dengan kemewahan, kendaraan mudah didapat dan mudah pula digunakan sesuai dengan keinginan, bahkan jika perlu membangun istana yang megah, akan dimaknai sebagai kesungguhan dalam kehidupan ini. Orang lain dengan mudah menyimpulkannya, meskipun belum tentu kesimpulan itu sejalan dengan kenyataannya. Segala sesuatunya dinilai berhasil atau tidak ukurannya adalah materi, meskipun tetap saja ukuran pastinya adalah relatif.
Seorang pelajar yang berorientasi pada keduniawian maka yang dikejar adalah prestasi dan prestasi. Prestasi akademik yang selalu menjadi incaran utama. Berbagai upaya dilakukan bagaimana agar prestasi itu bisa diperoleh secara maksimal. Ada yang dengan menambah buku-buku pendamping sebagai tambahan, agar pengetahuannya lebih dari yang lain. Ada pula yang memperbanyak latihan-latihan soal agar semakin terlatih dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu yang sedang dipelajari. Tak sedikit yang kemudian merelakan waktunya tersita untuk memberikan tambahan dengan merogoh kocek makin dalam dengan mengikuti berbagai kursus/bimbingan belajar. Tujuan berikutnya adalah agar di dunia kerja mendapatkan pekerjaan yang cukup mentereng dengan penghasilan yang lumayan besar.
Berbeda halnya dengan mereka yang berorientasi pada hal-hal yang sifatnya ruhani. Dilandaskan pada keimanan pada Allah swt. Segala perilaku, usaha meraih prestasi akademik, pekerjaan tidak lebih utama dibandingkan dengan upaya senantiasa memperbaiki diri dalam hal melakukan kebaikan. Kesungguhan dalam segala hal, tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan materi, tetapi juga tidak terlalu memburu yang sifatnya duniawi, agar tidak terjadi ketidakseimbangan dalam dirinya. Materi, jabatan, pekerjaan, prestasi akademik, prestasi dalam masyarakat hanyalah sarana yang dimanfaatkan agar memberikan kebaikan bagi sesama, sebagai upaya memaknainya sebagai ibadah sebagaimana bersesuaian dengan Alquran, bahwa manusia itu memiliki kewajiban tunggal yaitu diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah swt. Bernilai ibadah atau tidak terletak pada posisi awalnya, yaitu niat.
Dunia tidak dikejar. Tidak harus mendapatkan posisi yang mentereng dengan kendaraan yang mewah serta tempat tinggal yang luas. Harta dunia cukuplah dalam genggaman, tidak perlu sampai disimpan di dalam jiwanya. Sewaktu-waktu mudah untuk dikeluarkan, untuk keperluan beribadah. Karena jika disimpan di dalam jiwanya, sangat berat untuk dikeluarkan jika tidak dirasa akan memberikan keuntungan duniawi bagi dirinya sendiri atau keluarganya.
Padahal ketika digunakan dengan sungguh-sungguh dalam kebaikan, berbagi terhadap sesama keuntungannya jauh lebih besar. Tidak kerugian sedikitpun orang yang senantiasa mengeluarkan infak. Infak tidak menyebabkan kemiskinan. Hidup ini lebih damai, tenang, berbeda dengan orang yang berusaha menumpuk harta kekayaan, yang dirasa adanya selalu kurang dan kurang terus. Seperti kebutuhan itu tak ada habisnya. Selalu mengejarnya dan menuntutnya untuk dipenuhi. Dunia dikejar tak akan pernah kesampaian karena selalu ada yang dirasa kurang.
Beruntunglah orang yang selalu merasa kurang dalam mengejar akheratnya. Tentu akan diikuti dengan kesungguhan, baik bersama-sama maupun dalam kesendirian, tidak ada bedanya yang signifikan. Selalu berusaha memperbaiki diri, bersungguh-sungguh dalam beribadah, baik ibadah yang sudah jelas-jelas tuntunannya, maupun ibadah dalam hal memberikan manfaat pada orang di sekitarnya.