Sudah Amankah Saudari Kita dari Lisan Kita?

Sudah Amankah Saudari Kita dari Lisan Kita?

Perkembangan zaman yang semakin maju, ternyata tidak serta merta menghasilkan individu-individu berkepribadian kokoh dengan integritas yang semakin baik, namun justru banyak menimbulkan kekosongan mentalitas dan dekadansi moral. Salah satunya adalah; hilangnya adab dan etika yang melekat pada akhlak seorang muslimah. Contoh yang paling mencolok adalah kurangnya adab dalam berbicara; tak lagi malu untuk berbicara terhadap lawan jenis, tak lagi menghormati orang yang lebih tua, sering meremehkan nasihat guru, berbicara dengan nada yang ketus kepada guru dan orang tua, berbicara dengan kata-kata yang menyakitkan, merasa bahwa anak muda zaman kini lebih pintar dari guru dan orang tua yang ketinggalan zaman. Fenomena ini sungguh menyedihkan apalagi jika terjadi pada diri seorang muslimah. Muslimah adalah mutiara yang seharusnya indah dilihat dan dipandang, kata-katanya menyejukkan, dan sikapnya menentramkan hati. Lalu bagaimanakah Islam memandang urgensi adab berbicara bagi muslimah?

Berkata baik atau diam

Nabi Muhammad SAW menasihati kita:

»مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ؛ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» رواه البخاري ومسلم.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, Hadits ini merupakan kalimat singkat namun padat dengan makna. Semua perkataan yang keluar dari lisan seorang muslim, hanya terbagi menjadi dua. Pertama perkataan yang mengandung kebenaran (berupa perintah dari Allah dan Rasul-Nya), kedua perkataan yang mengandung keburukan (berupa larangan dari Allah dan Rasul-Nya). Jika tidak yakin berbicara diantara keduanya, maka diam adalah lebih baik, karena itu adalah ciri sempurnanya keimanan seseorang.

Allah memberikan anugerah bagi wanita untuk berbicara lebih banyak daripada laki-laki, kepandaian linguistik yang lebih baik dari laki-laki. Namun jangan sampai ucapan yang keluar dari mulut muslimah justru menyebabkan fitnah, menyakiti hati orang lain, apalagi sampai mengucapkan cacian dan makian. Ingatlah, fitnah yang ditimbulkan dari lidah dapat menyebabkan iri hati, hasad, dengki, permusuhan bahkan tidak jarang dapat menyebabkan pembunuhan. Nabi Muhammad SAW juga sudah mengingatkan kepada kita, bahwa banyaknya penduduk neraka adalah wanita disebabkan karena lisan mereka. Jika kita tidak mau termasuk didalamnya maka ikutilah nasihat dari baginda Nabi Muhammad SAW :

»اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ» رواه البخاري ومسلم.

“Jauhilah api neraka walau dengan sebiji kurma, jika tidak mampu dengan sebiji kurma maka jauhilah dengan berkata yang baik.”

Merendahkan suara ketika berbicara

Allah Azza Wajalla berfirman :

﴿ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ﴾ [لقمان: 19].

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Luqman: 19

Syaikh Assa’di dalam Tafsirnya mengatakan: “kalau seandainya dalam meninggikan suara itu ada faidah dan maslahatnya, tentu Allah tidak mencontohkan dengan suara keledai yang telah dimaklumi kekejian dan kedunguannya.” Maka wahai muslimah, tidak ada yang bisa dibanggakan dari tingginya suara, dari kerasnya tertawa yang terbahak-bahak, dari tingginya suara saat berbicara dengan orang tua dan guru bahkan dari kencangnya suara yang mencaci orang lain. Tidak malukah disamakan dengan suara keledai?

Ghibah tanpa sadar

 Apa itu ghibah? Nabi Muhammad SAW berkata :

»أتدرون ما الغيبة؟ قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: ذكرك أخاك بما يكره. قيل أفرأيت إن كان في أخي ما أقول؟ قال: إن كان فيه ما تقول، فقد اغتبته، وإن لم يكن فيه فقد بهته «رواه مسلم.

Ghibah adalah menceritakan sesuatu tentang saudaramu yang tidak dia sukai. Zaman derasnya informasi dan maraknya media sosial yang begitu dahsyat, seringkali menimbulkan ghibah online dan ghibah massal tanpa disadari. Artis a cerai, artis b selingkuh, artis c narkoba, influencer d pelakor, influencer e investasi bodong, dsb. Begitu banyak berita tersebar tanpa didasari fakta dan tabayyun. Bisa jadi, larisnya berita- berita gosip muncul dari kebiasaan masyarakat kita yang suka sekali kepo dengan kehidupan orang lain. Atau bisa jadi lahir dari kebiasaan sesama kita yang suka sekali membicarakan teman sekelas, teman angkatan, teman kamar yang nyebelin, kakak kelas yang sok-sok-an, atau membicarakan adek kelas yang cupu dan norak atau guru yang nyebelin. Ingatlah wahai muslimah, bahaya ghibah yang sudah dilarang oleh Allah dalam Al-Qur’an:

﴿يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ﴾ [الحجرات: 12]

Menyebarkan rahasia

 Terkadang, tersebarnya satu fitnah akibat dari perilaku muslimah yang tidak tahan untuk memberi tahu orang lain semua informasi yang sudah ia dapatkan. Rahasia kecil menjadi rahasia umum. Inilah bahaya lisan. Nabi Muhammad SAW sudah memperingatkan:

»كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» رواه مسلم.

Cukuplah dikatakan seseorang sebagai pendusta apabila ia membicarakan semua hal yang ia dengar. Ini adalah peringatan yang tegas dari Rasulullah, karena tidak semua informasi yang kita dengar adalah benar adanya. Apalagi di zaman derasnya informasi yang tidak terbendung. Yang perlu dilakukan adalah memverifikasi kabar sebelum membicarakannya.

Berbicara yang baik, merupakan adab utama bagi seorang muslimah. Akhlak yang baik adalah perhiasan asas seorang muslimah. Itu karena muslimah adalah pilar tegaknya sebuah peradaban. Muslimah akan menjadi istri, akan menjadi Ibu bagi anak-anaknya, dari lisannya lah lahir generasi yang tangguh, beradab, dan berakhlak mulia. Betapa banyak orang berilmu tapi tidak beradab. Betapa banyak orang berakal tapi tidak bertata krama. Betapa banyak orang pintar tapi tidak tahu sopan santun. Para ulama bahkan mendahulukan adab dari ilmu.

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah menuturkan: “Adab seseorang itu adalah alamat kebahagiaan dan keberuntungannya. Sedangkan minimnya adab merupakan alamat kenestapaan dan kerugiaannya. Tidak ada kebaikan di dunia dan akhirat yang diharapkan untuk diperoleh seperti memperoleh adab. Begitu juga, tak ada yang sudi mendapatkan keburukan di dunia dan akhirat sebagaimana minimnya adab.”

Jika tak jua sadar, maka tanyakan lah pada diri kita, sudah amankah saudari kita dari lisan kita? Karena Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita sekali lagi:

المُسلِمُ مَن سَلِمَ المسلمون مِن لسانه ويده (متفق عليه)

Wallahua’lam.

TAGS
Share This
WHATSAPP