
Inspiratif! Alumni Husnul Khotimah Bagikan Kunci Sukses Kuasai Bahasa di Language Talk
KUNINGAN — Di bawah lengkung kubah Masjid Husnul Khotimah, pada Jumat malam, 2 Mei 2025, Bidang Bahasa OSHK (Organisasi Santri Husnul Khotimah) menggelar Language Talk yang penuh inspirasi. Seminar yang menjadi bagian dari program tahunan urusan bahasa ini menghadirkan alumni angkatan ke-12 yang berprestasi, Muhammad Bintang Pamuncak, S.E.I., M.Sc., Ph.D., sebagai narasumber utama.
Acara bertajuk pengembangan bahasa dan mimpi besar ini dihadiri oleh ratusan santri putra dari berbagai tingkatan, kecuali kelas 9, 11, dan 12. Bintang—sapaan akrabnya—yang kini aktif sebagai dosen di Tazkia University, tidak hanya berbagi wawasan akademis, tetapi juga membakar semangat para santri untuk menguasai bahasa asing dan meraih cita-cita setinggi langit.
Dengan gaya bicara yang lugas, Bintang membuka sesi dengan menekankan urgensi penguasaan Bahasa Arab sebagai bahasa agama. “Kenapa harus belajar Bahasa Arab? Karena itu bahasa agama kita. Rugi besar kalau tidak belajar,” tegasnya. Ia menjelaskan bahwa Bahasa Arab adalah kunci utama untuk memahami Al-Qur’an. Di sisi lain, Bahasa Inggris dipandang sebagai jembatan penting untuk berinteraksi dan berkontribusi di kancah internasional. “Kalau ingin studi ke luar negeri, kalian harus tahu skor IELTS kalian. Harus siap. Harus ada action,” imbuhnya, memotivasi santri untuk mengambil langkah nyata.
Lebih dari sekadar teori, Bintang membagikan pengalaman pribadinya dalam menantang diri untuk aktif berbahasa Inggris dan Arab dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penuh semangat, ia mengungkapkan impiannya untuk menjadi seorang cendekiawan muslim yang mendunia, layaknya Buya Hamka dan Habibie. “Saya baru mulai Ph.D, dan punya impian jadi scholar. Saya ingin seperti Buya Hamka. Saya ingin seperti Habibie,” katanya, seraya mengajak para santri untuk merenungkan dan menetapkan tokoh idola mereka sebagai panduan. “Kalau kalian ingin jadi cendekiawan, siapa idolanya?” tanyanya retoris.
Sesi kemudian berlanjut dengan pembahasan mendalam mengenai pentingnya kebiasaan dan ketekunan dalam belajar. Bintang mengakui bahwa fokus seringkali menjadi tantangan, terutama bagi laki-laki. “Rata-rata laki-laki hanya bisa fokus 20 menit,” ujarnya sambil tersenyum. Namun, ia memberikan solusi bahwa fokus dapat dibangun melalui kebiasaan yang konsisten. Ia mencontohkan rutinitas profesornya yang setiap pagi setelah sholat Subuh selalu membaca Al-Qur’an, buku, dan mencatat poin penting dalam jurnal pribadi.
“Habit is everything,” tegas Bintang, menekankan krusialnya perencanaan hidup yang tertulis. Ia menyarankan santri untuk menetapkan target harian, jumlah kosakata yang ingin dihafal, hingga visi besar untuk masa depan. “Saya ingin jadi insinyur NASA, saya ingin jadi presiden. Maka saya tulis: I will learn this, I will memorize this.”
Suasana seminar menjadi semakin interaktif ketika Bintang mengajak beberapa santri untuk berbagi tentang kebiasaan belajar mereka. “Siapa yang mau cerita habit belajarnya? Yang menarik, saya bawakan oleh-oleh dari Bogor,” ucapnya, disambut antusias dan gelak tawa para peserta.
Menjelang akhir sesi, Bintang kembali menekankan bahwa identitas diri dan perencanaan yang matang adalah fondasi penting dalam membentuk kebiasaan yang baik.
“Susah ya belajar IELTS? Enggak juga kalau sudah punya habit. Tapi mulai dulu dari identity—kamu mau jadi apa? Set your goals. Dari situ baru bangun kebiasaan,” ungkapnya. Ia memberikan nasihat penutup yang membakar semangat, “Kalau mau jadi cendekiawan tapi masih hobi main game, ya enggak nyampe. Jadi tetapkan dulu tujuannya, lalu tingkatkan kebiasaan membaca, menulis, dan berpikir.”
Sementara itu, Ustaz Ghozali, Lc., Kepala Urusan Bahasa Pembinaan Putra, menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Muhammad Bintang Pamuncak dan antusiasme para santri. Beliau berharap kegiatan ini dapat memotivasi para santri untuk lebih giat menggunakan Bahasa Inggris dan Arab dalam lingkungan pesantren serta dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sebagai formalitas, tetapi dengan kesadaran dan kemauan yang tinggi. Kegiatan Language Talk ini diakhiri dengan sesi doa bersama.