
KESUKSESAN TIDAK HANYA DIUKUR DARI KECERDASAN
Apakah seorang anak atau seorang siswa di bangku sekolah sudah cukup dikatakan berhasil jika mereka mencapai kemampuan kognitif yang tinggi? Apakah kejeniusan dan bakat telah cukup untuk membekali mereka meraih sebuah kesuksesan? Cerdas saja tidak cukup. Alangkah banyak anak-anak yang cerdas tetapi jauh dari kesuksesan dan ketenangan jiwa.
Sejenak mari kita renungkan kisah salah seorang jenius besar yang pernah lahir di muka bumi. Nama nya William James Sidis yang memiliki IQ antara 250 dan 300. Ia adalah orang paling cerdas yang pernah berjalan di muka bumi. Sejak usia 6 bulan, ayahnya telah mengajarkan kepadanya huruf-huruf sesuai urutan abjad. Sesudahnya itu ayahnya mengajarkan ilmu bumi, ilmu tubuh manusia, dan Bahasa Yunani berdasarkan buku ajar yang dipakai di sekolah.
Dikutip dari Bussinnes Insider, Sidis sudah bisa membaca pada usia 2 tahun. Pada usia lima tahun, dia bisa membuat karya ilmiah tentang anatomi. Di usia enam tahun berhasil lulus sekolah dasar (SD) dalam waktu enam bulan, yang dilansir dari American Heritage. Kejeniusannya terus berkembang sehingga pada usia 11 tahun ia telah menjadi mahasiswa di Harvard University dan usia 12 tahun telah mampu memberi kuliah di hadapan Profesor. Sidis lulus kuliah pada usia 16 tahun dengan predikat cum laude.
Tetapi, kecerdasan tanpa kemampuan dalam mengelola diri tidaklah cukup untuk membuatnya bahagia. Ia kemudian mengalami tekanan dan frustrasi. Sidis memilih menjauh dari keluarga dan lingkungan yang mengelu-elukannya. Ia lebih memilih menjadi buruh cuci piring di sebuah restoran karena kecerdasan tidak bisa membuatnya bahagia. Kisah Sidis ini menjadi sebuah pelajaran dan renungan.
Sesungguhnya terdapat tiga potensi manusia yang berbeda-beda berdasarkan kemudahan dalam membentuknya. Pertama dan paling mudah dibentuk adalah kemampuan kognitif serta keterampilan yang dibentuk dengan cara mengajarkan dan membimbing dalam sebuah bakat. Secara umum kemampuan kognitif manusia dilihat dalam bentuk menerima informasi atau pengetahuan.
Yang kedua adalah keterampilan motivasi. Keterampilan motivasi atau motivational skill boleh dibilang menjadi salah satu yang paling penting bagi seseorang. Karena motivasi yang muncul dari diri pribadi dapat membentuk sebuah kekuatan dan tekad yang kokoh dalam menghadapi segala situasi.
Yang Ketiga dan paling sulit untuk membentuknya adalah karakter. Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, dan bahkan dengan kecerdasan ganda (yang meliputi : kecerdasan intelektual, spiritual, emosional dan sosial). Karakter merupakan aspek penting bagi manusia, karena kualitas karakter seseorang menentukan kesuksesannya. Di Indonesia permasalahan karakter menjadi permasalahan mendasar karena karakter terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan proses yang panjang. Oleh karena itu sangat pentingnya pendidikan karakter yang harus dilaksanakan dengan proses yang panjang, bertahap dan berkelanjutan. Kita lihat sejenak dari bangsa Jepang yang dikenal dengan bangsa yang memiliki nilai-nilai yang khas sebagai suatu budaya yang unggul. Keunggulan bangsa Jepang dapat tercermin dari karakter yang disiplin, ulet, jujur, pekerja keras, bertoleransi tinggi dan sebagainya.
Semoga kita dapat membentuk pribadi, peserta didik dan anak-anak kita dengan tiga potensi, berupa; kemampuan kognitif, keterampilan motivasi, dan nilai karakter. Semoga kita tidak hanya sukses dalam kehidupan di dunia, melainkan sukses di dunia dan di akhirat. Seperti harapan kita di setiap penghujung doa yang selalu kita panjatkan “Robbanaaa aatiinaa fid-dun-ya hasanataw wa fil-aakhiroti hasanataw wa qinaa’ azaaban-naar”, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhiat, dan lindungilah kami dari azab neraka. (Q.S. Al-Baqarah : 201).
Oleh : Zarkasi Muhammad