
Menjadi Mulia di Hadapan Allah
Oleh KH. Imam Nur Suharno, M.Pd.I
(Kadiv Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah Kuningan)*
Di tengah kesibukan dunia yang tak kunjung henti, di tengah derasnya arus informasi dan godaan kehidupan modern, kita diingatkan kembali tentang makna sejati kemuliaan seorang manusia. Bukan terletak pada harta, jabatan, atau pengaruh, namun pada ketaatan kepada Allah, kebaikan dalam amal, dan kemuliaan akhlak.
Pengajian dan Tilawah: Cahaya dalam Rumah Kita
Pengajian dan majelis ilmu adalah sumber keberkahan yang tak ternilai. Namun, ketika kita belum mampu menghadirkan jamaah atau mengikuti pengajian secara langsung, ada satu amalan ringan namun berdampak besar: membaca Al-Qur’an secara konsisten di rumah.
Buatlah rumah kita bercahaya dengan tilawah. Setiap malam, cukupkan membaca dua halaman setelah Magrib, dua halaman setelah Isya, dua halaman setelah Subuh, dan dua halaman setelah Zuhur. Total delapan halaman dalam sehari. Ingin lebih? Silakan. Satu hari satu juz pun bisa — tinggal dibagi waktunya. Tidak perlu memaksa, yang penting istiqamah.
Rumah yang tidak dipakai untuk mengaji, hanya akan terisi oleh suara musik atau obrolan sia-sia. Lebih dari itu, akan dipenuhi oleh suasana hati yang hampa dan jauh dari keberkahan. Ingatlah, jika hati tidak terisi oleh kalam Allah, ia akan mudah terseret oleh kelalaian dan dosa. Maka menangislah jika perlu, bukan karena tagihan utang, tetapi karena jauh dari ayat-ayat-Nya.
Menjadi Umat yang Saling Mengenal
Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukan untuk saling membanggakan, tetapi agar kita saling mengenal dan menjalin silaturahmi. Maka jangan hanya menjadi manusia yang duduk di rumah, atau hanya sibuk berdagang di pasar. Lakukanlah anjangsana, bersilaturahmi, hadir di pengajian, dan tumbuhkan ukhuwah islamiyah. Sebab, kemuliaan seorang manusia tidak ditentukan oleh harta, kendaraan, pengikut, ataupun status sosial, melainkan oleh ketakwaannya kepada Allah.
Tiga Wasiat Rasulullah tentang Kemuliaan
Rasulullah ﷺ pernah memberikan tiga wasiat agung kepada umatnya — sebuah panduan untuk meraih kemuliaan hakiki:
1. Bertakwalah kepada Allah di mana pun berada.
Takwa bukan hanya ketika di masjid atau saat di majelis ilmu. Ia harus hadir di kantor, di rumah, di jalanan, bahkan ketika sendiri. Rasulullah mencontohkan, bahkan seorang istri hendaknya membisikkan kepada suaminya sebelum berangkat kerja:
“Ayah, jangan lupa salat Dhuha, ya. Dan jika waktu Zuhur tiba, segera ke masjid meskipun sedang sibuk.”
Bisikan ini bisa menjadi pengingat sekaligus kekuatan ruhani yang terpatri sepanjang hari.
2. Hapuskan keburukan dengan kebaikan.
إنَّ الحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ — Sesungguhnya kebaikan-kebaikan dapat menghapuskan keburukan.
Kebaikan kecil, seperti senyum, sedekah, membantu orang tua, atau menjaga lisan, bisa menjadi penebus dosa-dosa kecil yang kita lakukan tanpa sadar.
3. Biasakan amal kebaikan sejak dini.
Rasulullah ﷺ bersabda:
من شب على شيء شاب عليه – Barang siapa yang dibiasakan melakukan sesuatu sejak kecil, maka akan terus terbawa hingga tua.
Jika dari kecil anak-anak kita dibiasakan ke masjid, mencintai Al-Qur’an, berbuat jujur dan berakhlak mulia, maka insyaAllah kebiasaan itu akan menetap dalam hidup mereka hingga akhir hayat.
Mari kita renungkan kembali, apa sebenarnya yang menjadikan manusia mulia? Bukan jabatan, bukan gelar, bukan popularitas. Tapi ketakwaan, amal sholeh, dan akhlak mulia. Jika hari ini kita belum menjadi apa-apa di mata manusia, tak mengapa. Yang penting, kita bernilai dan mulia di hadapan Allah. Sebab itu yang abadi.
Semoga tiga wasiat Rasulullah ini bisa menjadi pegangan hidup kita, agar setiap langkah yang kita ambil semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ … Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada.” – Hadis Rasulullah ﷺ
* Disampaikan dalam majlis taklim di kediaman Sekretaris Yayasan Husnul Khotimah Kuningan Bapak H. Asep Saputra

