Santri Husnul Khotimah Tasmi’ Al-Qur’an 30 Juz Sekali Duduk: Sebuah Pencapaian yang Menginspirasi

Santri Husnul Khotimah Tasmi’ Al-Qur’an 30 Juz Sekali Duduk: Sebuah Pencapaian yang Menginspirasi

Husnul Khotimah – Pemandangan haru penuh kebanggaan menyelimuti Masjid Husnul Khotimah selama dua hari, 27 hingga 28 Oktober 2025. Empat santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah berhasil menuntaskan Jalsah Tasmi’ Hafalan Al-Qur’an 30 Juz sekali duduk (Jalsah Wahidah), disaksikan santri dan walisantri.

Empat santri pejuang Al-Qur’an yang mentasmikkan hafalan mereka secara bilghaib (di luar kepala) adalah Muhammad Syafiq Safarr, Wafi Ihsanul Afiq, Allauddin Hisyam Ath Thaariq, dan Ikram Bukhari HR. Kegiatan yang digagas oleh Unit Tahsin dan Tahfidz di bawah koordinasi Ustadz Abu Bakar, Lc. ini menjadi penanda kesiapan para penghafal Al-Qur’an untuk terus menjaga amanah Ilahi.

Momen puncak acara, yang dihadiri langsung oleh para orang tua, ditutup dengan sambutan penuh hikmah Ustadz Mu’tamad Al Hafidz. Beliau menyebut momen tasmi’ akbar ini sebagai sebuah tasyrif (penghormatan) dan anugerah dari Allah.

Mengutip nasihat dari Al-Imam Asy-Syatibi, Ustadz Mu’tamad menekankan peran sentral Al-Qur’an dalam kehidupan dunia dan akhirat. “Al-Qur’an itu nanti di hari Kiamat akan menjadi pemberi syafaat yang tidak diragukan,” ujarnya. Beliau menambahkan, kemuliaan itu bahkan meluas, di mana Hufadzul Qur’an bisa memberikan syafaat kepada 70 orang dari keluarganya. “Allahu Akbar! Oleh karena itu, bisa hafal Al-Qur’an adalah sebuah kekayaan yang tidak ternilai,” tegasnya.

Ustadz Mu’tamad juga menggarisbawahi bahwa Al-Qur’an adalah Khairu Jalisin (sebaik-baiknya teman duduk), di mana orang yang membacanya sama dengan sedang berdialog dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kepada keempat santri, Ustadz Mu’tamad memberikan pesan tajam: “Ini bukan sesuatu yang terakhir, ini adalah TANTANGAN! Sebab, muroja’ah (mengulang hafalan) Al-Qur’an itu lebih sulit daripada menghafal baru.” Beliau mengibaratkan hafalan Al-Qur’an itu lebih licin daripada belut, sehingga wajib dijaga.

Terkait peran orang tua, beliau menyampaikan janji kemuliaan dari Imam Asy-Syatibi. Sungguh berbahagia kedua orang tua yang anaknya menjadi Hafidzul Qur’an, karena nanti di akhirat mereka akan dipakaikan pakaian kebesaran dari cahaya (malabisu anwar) dan mahkota sebagai penghormatan tertinggi bagi Ahlil Qur’an.

Rasa syukur mendalam juga diungkapkan oleh perwakilan walisantri dalam sambutan yang disampaikan Ayah dari Syafiq. Beliau menyampaikan ribuan terima kasih kepada para Asatidz, yang telah mewakafkan ilmunya.

Orang tua berharap pencapaian ini bukanlah akhir, melainkan awal untuk mengejar sanad ilmu yang bersambung langsung hingga Rasulullah. beliau menegaskan dukungan 100% terhadap kegiatan pesantren karena memilih Husnul Khotimah sebagai lembaga yang berbasis Tarbiyah dan Dakwah.

Harapan terbesar para orang tua adalah agar bekal hafalan 30 juz ini mampu menjadi ladang dakwah, menjadikan ananda mereka pencerah, penggerak, dan mampu mengajarkan Al-Qur’an di tengah masyarakat, serta menjadi anak yang saleh dan penerang bagi agama, nusa, dan bangsa.

Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )
WHATSAPP