Satu Hari Puasa, Jauhkan dari Neraka 70 Tahun

Satu Hari Puasa, Jauhkan dari Neraka 70 Tahun

Catatan Ceramah KH. Addin Nurhaedin, Lc., M.Pd. di Pontren Husnul Khotimah 2, (24/2)

Ramadhan adalah bulan mulia yang selalu dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Ia datang membawa keberkahan, ampunan, dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Dalam acara Tarhib Ramadhan yang diselenggarakan Divisi HRD dan Personalia, KH. Addin Nurhaedin, Lc., M.Pd. menyampaikan ceramah inspiratif tentang bagaimana memaknai Ramadhan sebagai sarana membentuk pribadi bertakwa dan penuh kasih sayang.

Puasa sebagai Sarana Mewujudkan Ketaqwaan

KH. Addin membuka ceramahnya dengan menegaskan bahwa inti dari puasa Ramadhan adalah membentuk insan yang bertakwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).

Puasa mengajarkan kita untuk merespon cepat perintah Allah. Betapa luar biasanya ketika adzan Subuh berkumandang, tak ada satu pun dari kita yang berani menyentuh makanan atau minuman lagi, seberapa lapar atau haus pun kita. KH. Addin mengibaratkan ini sebagai respons tercepat umat Islam terhadap perintah Allah. “Coba bayangkan, saat disuruh berbaris, butuh waktu lama dan sering ada yang malas-malasan. Tapi saat puasa? Begitu adzan Subuh berkumandang, semua langsung berhenti makan tanpa perlu diingatkan,” ujarnya.

Puasa: Latihan Akhlak, Kesabaran, dan Kepedulian

Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Ia adalah pendidikan akhlak yang membentuk karakter seorang Muslim. KH. Addin menegaskan bahwa puasa melatih kita untuk bersabar dan bersungguh-sungguh. “Coba bayangkan, 5 menit menjelang adzan Maghrib, perut sudah keroncongan, mulut kering, tapi kita tetap sabar menunggu bedug. Bahkan walau sempoyongan, kita tetap bertahan. Itulah latihan kesabaran yang luar biasa,” ujarnya.

Ramadhan juga mengajarkan tentang kasih sayang dan empati. Dengan berpuasa, kita merasakan lapar yang mungkin setiap hari dirasakan oleh saudara-saudara kita yang kurang mampu. KH. Addin mengutip kisah Nabi Yusuf AS yang walaupun menjadi bendahara Mesir dengan kekayaan melimpah, tetap memilih merasakan lapar. Ketika ditanya mengapa, beliau menjawab, “Aku khawatir jika aku kenyang, aku akan melupakan mereka yang kelaparan.”

Puasa juga menjadi momentum untuk memperbanyak sedekah dan berbagi. Program-program sosial seperti santunan yatim, berbagi takjil, dan zakat fitrah adalah bentuk nyata kasih sayang yang diajarkan di bulan ini.

Keutamaan Puasa dan Syafaat di Akhirat

KH. Addin mengingatkan tentang besarnya pahala puasa. Ia mengutip hadis Nabi Muhammad SAW dari Abu Said RA.: “Tiada seorang hamba pun yang berpuasa sehari dengan niat fisabilillah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya sejauh tujuh puluh tahun perjalanan dari neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Kalau satu hari saja bisa menjauhkan kita dari neraka sejauh 70 tahun perjalanan, bagaimana kalau kita puasa 30 hari? Itu setara 2.100 tahun! Betapa besarnya rahmat Allah untuk hamba-hamba-Nya yang berpuasa,” jelas KH. Addin.

Beliau juga menyebutkan tentang syafaat yang diberikan oleh puasa dan Al-Qur’an di hari kiamat. “Puasa akan berkata kepada Allah, ‘Ya Rabb, aku telah menahannya dari makan dan minum di siang hari, maka berilah ia syafaat.’ Al-Qur’an pun berkata, ‘Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka berilah ia syafaat.’ Dan Allah pun mengabulkan permintaan mereka,” tambahnya.

Ramadhan: Waktu Terbaik untuk Bertobat

Menjelang Ramadhan, KH. Addin mengajak semua jamaah untuk memperbanyak tobat. “Saya tanya, adakah di antara antum yang tidak pernah berdosa? Kalau ada, saya kasih uang sejuta!” canda beliau yang disambut gelak tawa para asatidz.

Beliau menegaskan bahwa kunci diterimanya tobat adalah pengakuan. “Mengakui dosa adalah langkah awal tobat yang diterima. Allah mencintai hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan penuh penyesalan,” ujarnya.

Beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama. “Setiap Senin dan Kamis, amalan kita diangkat ke langit. Tapi jika ada permusuhan di antara kita, Allah akan menahan amalan itu sampai kita saling memaafkan,” jelasnya.

Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )
WHATSAPP