
Santri Pulang: Saatnya Mengisi Rindu, Mengukir Bakti
Liburan bagi sebagian orang mungkin biasa. Tapi bagi para santri, ini adalah perjalanan hati. Mereka pulang bukan dengan tangan kosong. Apa yang mereka bawa?
Hari itu, halaman Pondok Pesantren Husnul Khotimah dipenuhi senyum bahagia. Setelah berbulan-bulan menuntut ilmu, jauh dari rumah dan orang tua tercinta, akhirnya para santri bersiap pulang. Momen yang mereka rindukan tiba juga: liburan telah dimulai.
Kepala Divisi Humas dan Dakwah, KH. Imam Nur Suharno, M.Pd., menjelaskan bahwa libur santri lama berlangsung mulai 20 Juni hingga 13 Juli 2025. Sementara itu, santri baru dijadwalkan masuk pondok pada 6 Juli 2025. Sejak kemarin (20/6), suasana pondok dipenuhi kegembiraan, koper-koper berjejer, pelukan perpisahan, dan tawa di antara sahabat seperjuangan.
Santri pulang dengan dua cara. Sebagian dijemput langsung oleh orang tua mereka—momen yang tak jarang diwarnai air mata haru. Sebagian lainnya memilih pulang bersama rombongan bus konsulat menuju berbagai kota seperti Jabodetabek, Bandung, dan sejumlah kota besar lainnya. Rombongan ini terbagi dalam beberapa kelompok perjalanan seperti Islam HK, Osborn I, Kiwari, Prisban, Fospek, Karib, Annaba, Forkasi, Ankasa, hingga InstingHK.
Sebelum keberangkatan, Mudir Husnul Khotimah 1, Kiyai Mulyadin, Lc., M.H., memberikan pesan hangat yang menyentuh hati.
“Berbaktilah kepada orang tua. Buktikan bahwa santri Husnul Khotimah mampu membahagiakan mereka. Tunjukkan adab dan akhlakul karimah di rumah, di keluarga, dan di tengah masyarakat. Semoga liburan ini menjadi keberkahan dan mengisi ulang energi untuk bekal belajar di semester berikutnya,” tutur beliau penuh makna.
Bagi sebagian santri, liburan bukan berarti berhenti belajar. Ada yang memilih mengisi waktu dengan mengikuti program Abata (Akselerasi Bahasa Arab dan Tahfidz) untuk terus mengasah kemampuan, meski sedang jauh dari pondok.
Bagi mereka, kepulangan bukan sekadar perjalanan menuju rumah. Ini adalah perjalanan hati—membawa ilmu, membawa adab, membawa tanggung jawab. Liburan menjadi ladang pengamalan, saat pelajaran sejati justru dimulai: membahagiakan orang tua, mengabdi pada keluarga, dan memberi manfaat bagi lingkungan.